dia,
Berkostum hitam
Wajahnya agak tertutup anak rambut yang terurai tajam
Matanya menajam seperti elang mau menyambar anak ayam
tulang pipinya pun seperti ingin keluar dari persembunyiannya.
Sosoknya begitu dingin dan misterius bak penyihir dalam dongeng tidur masa kanaku dulu
dia,
masuk ke dalam sebuah tempat redup sambil membawa benda kesayangannya
Jika dilihat dari kejauhan benda itu seperti sebuah tongkat tapi bukan tongkat
Benang-benang tajam tersangkut di sana
Dan jari-jari tajamnya siap melentik
Sosok berkostum hitam itu terduduk di atas sebuah kursi besi usang
Jarinya tampak mengelus-elus mesra benda yang ada digenggamnnya dan siap beradu dengan benang-benang tajam
dari jarak beberapa langkah kaki mata-mata polos membidiknya
”triink ...!”
wajah dinginnya kembali tertutup rambut
mata elangnya menatap tajam pada benda yang ada di genggamannya
mata-mata polos terus menatapnya dengan terkesima
mantra-mantra suara dingin terloncat, beterbangan, dan menyebar memenuhi tempat redup itu
”tik..tok..tik..tok.., !”
waktu pun berdennyut bersamaan dengan si sosok hitam itu menarikan jarinya diatas benang tajam
mata-mata polos semakin membidiknya
dan akhirnya mereka tersihir oleh mantra suara dinginya
dia,
sosok hitam
berwajah dingin
bermata tajam,
dia,
si penyihir nada
menebarkan mantra-mantra suara dengan jarinya
membuat para pemilik mata polos terkesima
tetapi kini,
sebuah penawar rasa membuka sebuah mata polos
mata itu tidak lagi polos untuk membidiknya hingga terkesima
mata itu kini mampu menangkal mantra suara dingin dan aura misteriusnya
dan mata polos itu kini tersadar dari sebuah sihir yang ditebar oleh si penyihir nada
by: angelina ratih devamti
October 15th 2010
No comments:
Post a Comment