Lampu pijar terbesar sedang enggan bersinar liar
energinya meredup mengatup
di bawahnya menari siluet-siluet malam yang membuat sang aspal menghitam
Langkah tertatih berusaha mendekat siluet memikat, tak peduli hitam malam semakin pekat
Secercah sinar pijar membaurkan hitam menjadi gradasi
sehingga tak lagi kelam namun tak seputih sinar yang benderang
Langkah terus mendekat mencari siluet memikat
Tepatlah dia terjebak dalam redup, sendu, dan abu-abu
tak ada putih yang berpijar liar namun hitam kelam pun tak tampak pekat
Seakan tersangkut dalam pukat, bimbang ikut mencuat
benar sudah langkah ini telah memasuki zona redup,
‘Zona Abu-abu’
hanya kelu yang terang berpijar menguasai akar pikiran
Sang waktu seakan ikut duduk termangu sendu
tak bisa mengganti si abu-abu dengan si kelam atau si terang
Zona melingkar, berputar, dan membuat semua terbuyar
hanya sesosok siluet yang terus berkelakar
Seperti terkunci, langkah kaki tak mampu diajak berlari dari redup yang menyita hati
hanya sepasang sayap harapan yang terbang tak tahu mau kemana
sementara raga tetap terjaga di dalam zona
Seperti ada pijar kecil yang menyangkut di dahi, sepucuk tanya menari
dalam penantian, apakah kelamnya hitam atau putihnya terang yang akan terpijak ?
atau tetap pada zona abu-abu yang membawa rasa biru ?
Hanya sang waktu yang membantu menuju zona baru
entah merah muda atau ungu asal tidak kembali pada abu-abu kelu
By : Angelina Ratih Devanti August, 19th 2011 00:22