Di siang yang terik Marcel dan kawan-kawannya berhamburan keluar kelas untuk
pulang menuju rumah masing-masing. Hari ini Marcel tidak pulang dengan mobil
jemputan. Dia
sedang mencoba berangkat dan pulang sendiri dengan bus kota, karena tahun depan
akan masuk SMP’ Marcel menunggu bus di halte depan sekolahnya.
Wajahnya celingak-celinguk menanti bus dengan nomor 24.
Ketika menunggu bus, datanglah Pak Benny, guru matematika. Mereka saling
menyapa,
“ Siang, Pak. ”,
sapa Marcel sambil menjabat tangan Pak Guru.
“ Marcel “, sapa Pak Benny.
“ Kamu nggak naik mobil jemputan ? ”, tanya Pak Benny.
“ Saya mencoba naik bus Pak, kan tahun depan masuk SMP, udah nggak naik
jemputan lagi”, jelas Marcel.
“ Kamu naik bus nomor berapa ?”, tanya Pak Benny.
“ Kata kakak nomor 24, turun di depan komplek”, jawab Marcel.
Marcel dan Pak Benny terus mengobrol sambil menunggu bus nomor 24.
Beberapa saat bus nomor 24 datang, Marcel segera naik dan mengambil tempat
duduk kosong paling belakang. Sesaat Marcel duduk, naik pula seorang
pengamen dengan gitarnya. Sebelum bernyanyi, pengamen itu
menyapa seluruh penumpang. Kemudian dia memetik-metik dawai gitarnya. Dari
tempat duduknya, Marcel terus memperhatikan si pengamen yang memetik-metik
dawai. Setelah menyanyikan dua lagu, pengamen itu berkeliling mengedarkan
topinya untuk diisi uang oleh para penumpang. Marcel merogoh saku celananya,
dia hanya menemukan satu keping lima ratus rupiah, dan dia segera memberikan pada pengamen itu.
Mata Marcel masih mengamati si pengamen yang kini duduk di sampingnya. Pengamen itu menyapa Marcel karena sejak tadi Marcel terus saja
memerhatikan.
“ Kamu bisa main gitar ?”, tanya si pengamen.
“ Nggak “, jawab marcel sambil menggelengkan kepalanya.
“ Kamu lagi belajar main gitar ya ?”, tanya si pengamen
“ Nggak juga”, jawabnya.
“ Kakak kok bisa main gitar, belajar dimana ?”, Marcel ganti bertanya pada
si pengamen.
“ Saya belajar sendiri, nggak punya uang untuk les”, jawab si pengamen.
“ Tapi kakak udah jago mainnya, aku jadi ingin belajar gitar juga”, ucap
Marcel yang masih terkesima dengan si pengamen.
“ Kalau kamu niat pasti bisa, ya sudah ya, saya harus turun, sampai
ketemu”, si pengamen segera turun dari bus. Marcel masih tetap pada tempat
duduknya menunggu busnya sampai tujuan.
Ketika sampai di rumah, Marcel melihat gitar coklat tergeletak di atas
sofa. Dia bingung kenapa ada gitar di sana. Perlahan Marcel mendekat ke sofa
dan menyentuh gitar itu. Tiba-tiba suara Kak Valen membuatnya terlonjak,
“ heii.. !!”, seru Kak Valen.
“ Haduh !!”, Marcel terkejut sambil mengelus-elus dadanya.
“ Ngapain kamu ?’ tanya Kak Valen.
“ Itu punya siapa ?”, tunjuk Marcel pada gitar coklat itu.
“ Punya temen kakak, kenapa kamu mau coba ?”, tanya Kak Valen.
“ Emang kamu bisa main gitar ?”, sahut kak Valen lagi.
Marcel terdiam mengamati gitar cokat itu. Kak Valen mengambil gitar dan
mulai memetik-metik dawainya. Sebuah lagu dimainkannya. Marcel melihat aksi Kak
Valen sampai terbengong-bengong. Muncul di dalam benaknya untuk bisa memainkan
gitar itu. Dia pun teringat si pengamen yang dijumpainya di bus kota. Ketika
Kak Valen memainkan lagu ‘ burung kakak tua’, Marcel heran.
“ Kok lagu itu, itu kan lagu anak-anak “, ujar Marcel.
“ Kan kamu masih anak-anak, jadi mesti lagu anak-anak dong. ”, jawab Kak Valen sambil terus memetik
dawai gitar. Marcel terus memperhatikan cara kak Valen memainkan gitar coklat
itu. Setelah usai melantunkan lagu, Marcel mencoba memetik-metik dawai gitar
yang masih dipangku oleh Kak Valen.
“ mau coba ? “, Kak Valen menawarkan
“ Tajam ya,
susah ya? ”, ujar Marcel.
“ Kalau belajar pasti bisa, mau nggak belajar ? “, tanya kak Valen. Dengan mantap Marcel
mengganguk.
Siang itu langit tampak
mendung dan sepertinya hujan akan turun. Marcel dan kawan-kawannya menunggu mobil
jemputan datang. Mereka sudah tampak bosan dan khawatir kalau hujan turun. Dari
sekolah Marcel melihat Si Pengamen
di halte bus. Marcel segera berlari keluar sekolah untuk menghampirinya.
“ Hei Kak”, sapa Marcel
“ Eh kamu, baru pulang sekolah ya?’, ujar Si pengamen.
“ Iya, kakak ngapain, nunggu bus ?’, tana Marcel.
“ Iya, saya mau pulang ya sekalian ngamen, kamu mau pulang juga ?”,
“ Iya, tapi naik mobil jemputan. Kak coba mainkan lagu dong “, pinta Marcel.
“ Oh boleh..boleh.., kamu mau lagu apa, nanti saya mainkan ?”, Si Pengamen
menawarkan diri.
“ Ehmm apa ya ??, lagu apa aja deh kak “ , jawab Marcel.
Marcel dan
Si Pengamen saling bercengkerama dengan gitar. Marcel kagum
melihat permainan gitar si pengamen itu. Dia pun diberi kesempatan untuk mencoba
memainkan dawai gitarnya, meskipun belum bisa melantunkan sebuah lagu.
“ Sini
kakak ajarin kunci-kuncinya”, ujar Si Pengamen.
Waktu menunggu mobil jemputan, digunakan Marcel untuk belajar
gitar bersama Si Kakak Pengamen. Beberapa kunci gitar yang diajarkan sudah bisa dikuasai oleh
Marcel.
“ Wah, kayaknya kamu bisa nih, di rumah ada gitar ?’, tanya si pengamen.
“ Ehmm.. ada tapi bukan punyaku, kak”, jawab Marcel.
“ Nggak apa-apa nanti dicoba lagi ya, eh bus nya udah dateng saya harus naik,
sampai ketemu lagi ya ?’ ujar si pengemen.
“ Kak, besok ketemu lagi ya di sini ajarin aku main gitar lagi “, pinta
Marcel. Si pengamen hanya mengacungkan jempolnya dan segera naik ke bus.
Marcel sudah tidak sabar memainkan gitar Kak Valen. Semua berkat si pengmen
yang mengajarinya. Gitar coklat itu ternyata masih tergeletak di sofa. Marcel
segera mengambil gitar itu dan memainkan kunci yang diajarkan si pengamen. Kak
Valen yang sebelumnya ingin membuat Marcel
kaget, mengurungkan niatnya dan mengintip dari balik tembok bersama Mama.
“ Dia bisa “, bisik Mama.
“ Belajar dari mana ?’, sahut Mama lagi.
“ Nggak tahu, padahal belum ku ajari kok. ”, jawab Kak Valen.
Marcel mencoba memainkan
lagu yang tadi dimainkan si pengamen dengan kunci-kunci dasar yang telah ia pelajari.
Marcel bisa memainkannya. Perlahan Kak Valen
dan Mama muncul dari persembunyiannya dan menghampiri Marcel.
Mereka memuji Marcel meskipun baru bisa memetik kunci-kunci dasar.
“ Kamu belajar di mana ?’, tanya Mama.
“ Diajarin. “, jawabnya sambil terus memetik dawai gitar.
“ Diajarin siapa, guru musik sekolah ?’, tanya Kak valen.
“ Bukan. Sama pengamen di depan sekolah “, jawab Marcel polos. Mama dan Kak
Valen heran sambil keningnya berkerut.
“ Aku diajarin kunci dasar ini, bener nggak kak kuncinya ?”, tanya Marcel. Kak
Valen hanya mengangguk sambil memperhatikan adiknya bermain gitar.
Marcel menceritakan kepada Kak Valen dan Mama bahwa dia
bertemu si pengamen ketika di bus dan kemarin si pengamen mengajarinya memetik
kunci dasar gitar. Marcel tampak riang bisa memetik-metik gitar dan mencoba
memainkan lagu. Mama kagum melihat Marcel yang asyik bersama gitar.
Tiba-tiba Marcel meletakkan gitarnya dan meminta kepada Mama untuk les gitar di
sekolah musik. Mama dan Kak Valen heran
mendengar permintaan Marcel. Kak Valen masih ragu dan terus meyakinkan Marcel
apakah mau serius belajar gitar.
“ Iya kak, aku mau belajar gitar, kan kunci dasarnya aku udah bisa nih . “,
ujarnya sambil memetik lagi dawai gitarnya.
“ Beneran nih, kamu mau belajar gitar ? “, Mama juga memastikan kemauan
Marcel.
“ Iya, ma, bolehkan kan ma ?”, pinta Marcel.
“ Ehm..?? untuk sementara kamu belajar sama Kakak dulu ya, kakak kan juga
bisa “, jawab Mama.
“ yang penting aku ingin belajar gitar, aku mau bisa main gitar “, jawab
Marcel.
Sudah sebulan diajari oleh Kak Valen, ternyata Marcel mampu memainkan
lagu-lagu sederhana. Kak Valen menceritakan kepada Mama tentang kemauan dan
kemampuan Marcel dalam bermain gitar. Ternyata Marcel ingin lebih serius
bermain gitar. Akhirnya Kak Valen, Mama, dan Papa berdiskusi untuk memasukkan
Marcel ke les gitar. Kakak,
Mama, dan Papa ternyata tidak hanya setuju Marcel les gitar, tapi mereka akan
memberikan kado istimewa di ulang tahun Marcel nanti. Kira-kira kejutan apa ya
yang akan diterima Marcel ?
Ulang
tahun Marcel tepat jatuh di hari sabtu dan semua anggota keluarga ada di
rumah. Papa berencana mengajak semua anggota keluarga untuk pergi jalan-jalan.
Marcel tampak senang namun dia tidak tahu akan diajak ke mana.
“ mau jalan-kalan ke mana sih, pa ?”, tanya Marcel
penasaran.
“ Udah ikut aja, pasti kamu senang deh “, jawab Papa sambil mengelus kepala
Marcel.
Mama dan Kak Valen pun telah siap untuk berangkat. Mereka semua segera
masuk mobil dan berangkat menuju tempat yang telah di rencanakan Kak Valen,
Mama, dan Papa.
Mereka tiba di sebuah toko musik yang bersebelahan dengan sekolah musik.
Sekolah musik itu dulu menjadi tempat les piano Kak Valen. Marcel
masih belum mengerti mengapa berhenti di toko musik.
“ Ayo turun “, ajak Papa.
“ Kita mau ngapain, Pa ?”, Marcel masih heran. Sementara Kak Valen dan Mama
hanya tersenyum melihat Marcel.
Marcel pun masih heran
mengapa ia dibawa ke toko musik. Marcel begitu asyik melihat alat musik yang dijual di
sana. Tiba-tiba Kak Valen mengambil sebuah gitar coklat dan
memberikannya pada Marcel.
“ ini bagus kan ?”, tanya Kak Velan.
“ iya bagus banget, kak “, jawab Marcel.
“ Itu buat kamu “, ujar Mama.
“Kamu kan mau
belajar gitar, itu buat kamu belajar ya “, sahut Papa.
“ Selamat ulang tahun, semoga bisa
belajar gitar ya “, ujar Kak Valen.
Marcel kaget dan senang mendapatkan kado sebuah gitar coklat yang lebih
bagus dibandingkan gitar yang ada di rumah. Namun tidak hanya itu saja, kemudian mereka beralih ke sekolah musik yang berada di
sebelah toko musik itu. Papa mendaftarkan Marcel untuk belajar gitar. Raut
wajah Marcel tampak gembira. Hari ini Marcel mendapatkan 2 kado istimewa dari
Kakak, Mama, dan Papa yaitu bisa mendapatkan gitar yang bagus dan les
gitar di sekolah musik.
Di sekolah
Marcel berjumpa kembali dengan Si Pengamen
yang telah mengenalkannya pada gitar. Marcel bercerita tentang kado istimewa yang dia dapat. Marcel
pun mengajak si pengamen untuk bermain gitar bersama. Berkat si pengamen dan
rasa penasarannya, Marcel bisa belajar gitar dan dapat memainkan lagu-lagu
dengan gitar barunya.
by Angelina Ratih Devanti,
October 2011