Wednesday, September 14, 2011

Abu-abu

Lampu pijar terbesar sedang enggan bersinar liar

energinya meredup mengatup

di bawahnya menari siluet-siluet malam yang membuat sang aspal menghitam

Langkah tertatih berusaha mendekat siluet memikat, tak peduli hitam malam semakin pekat

Secercah sinar pijar membaurkan hitam menjadi gradasi

sehingga tak lagi kelam namun tak seputih sinar yang benderang

Langkah terus mendekat mencari siluet memikat

Tepatlah dia terjebak dalam redup, sendu, dan abu-abu

tak ada putih yang berpijar liar namun hitam kelam pun tak tampak pekat

Seakan tersangkut dalam pukat, bimbang ikut mencuat

benar sudah langkah ini telah memasuki zona redup,

‘Zona Abu-abu’

hanya kelu yang terang berpijar menguasai akar pikiran

Sang waktu seakan ikut duduk termangu sendu

tak bisa mengganti si abu-abu dengan si kelam atau si terang

Zona melingkar, berputar, dan membuat semua terbuyar

hanya sesosok siluet yang terus berkelakar

Seperti terkunci, langkah kaki tak mampu diajak berlari dari redup yang menyita hati

hanya sepasang sayap harapan yang terbang tak tahu mau kemana

sementara raga tetap terjaga di dalam zona

Seperti ada pijar kecil yang menyangkut di dahi, sepucuk tanya menari

dalam penantian, apakah kelamnya hitam atau putihnya terang yang akan terpijak ?

atau tetap pada zona abu-abu yang membawa rasa biru ?

Hanya sang waktu yang membantu menuju zona baru

entah merah muda atau ungu asal tidak kembali pada abu-abu kelu

By : Angelina Ratih Devanti August, 19th 2011 00:22


Wednesday, July 13, 2011

Resital Kertas


Kosong…
Media putih masih kosong
Aku pun terbengong tak bisa melolong
Bingung…
Aku bingung
untaian kata tak mampu tersambung
Mata hanya mampu termenung

Tik tok tik tok… “
Separuh waktu mengetuk
Memanggil pensil yang terkantuk
Diikuti pena dan warna yang ingin mematuk

Tiba-tiba …
Pensil unjuk gigi menoreh melodi (lagi)
Pena menuangkan isi hati tentang sang musisi
yang membawa suara dalam sunyi
ide siap digubah oleh si jari
menjadi sebuah luapan ekspresi
tapi…
warna seperti tak mau sehati dengan mereka
dia enggan beradu bersama nada
hanya goresan hitam-putih yang bergema

Ting…tik…tik…ting…”
Denting dan petik pun terbidik
mata, telinga bahkan rasa tak berkutik
ide semakin tergelitik
aku semakin terusik oleh si musik
di dalam sketsa unik

Gradasi saling berpadu
Mengalihkan si kelabu
bahkan kamu yang sempat menoreh biru

Goresan demi goresan seakan ingin bernyanyi
layaknya nafiri
Sketsa nada seakan melantun dengan sang musisi
memberikan kesejukkan hati

Resital kertas terus menghias di siang yang panas
membawa ide yang ingin melantun bebas bersama nafas
dan dia selalu tak mau lepas dari butiran ide yang menetas


by : Angelina RD, July 7th 2011, 21:30
Inspired by : music on my sketch “Resital Kertas” (july 6th 2011)


Add caption


<-- ini sketsa "Resital Kertas" nya 

Saturday, June 25, 2011

LEPAS

Dulu kisah klasik terus mengusik,

membidik, bahkan menarik sampai aku tercekik

Tahu-tahu kau bertalu untuk menghalau rasa biru itu

Kisah klasik tak lagi mengusik karena

Kini kau yang terbidik sampai ku tergelitik

Pilu seakan menjadi batu

Ronamu membuat ku malu

Sketsamu mengalihkan yang lalu

dan membuat rindu berseru


Setengah waktu berlalu si biru pun menderu

Asa pun berpadu sampai membuatku duduk termangu

Ternyata sudah banyak rasa yang bicara

Sampai aku hilang kata-kata untuk menyapa

Nafas pun ikut terlena dalam asa


Kini…

aku hanya ingin kembali

menikmati damainya hati

Biarkan aku bebas menari

seperti merpati atau pun kelinci

Biarkan nafasku lepas bernyanyi

layaknya nafiri


Sudah lelah aku bersama rasa yang tak biasa

yang telah kubawa ketika berjumpa

Rasa yang tidak pernah ada habisnya berbisik didalam doa


Satu pinta…

Aku hanya mau kamu,

berlalu.

Jangan membuat ku kelu

Tapi bantu aku,

Keluar dari zona abu-abu menuju harapanku



By : Angelina RD June 24th 2011, 01:01

I’ll move from The shadow on The Wall (you)

Sajak U(ntukmu)


Bintang kecilku…
Terima kasih untuk mengubah malamku,
yang kelabu menjadi berlagu
Dengan tingkahmu yang lugu,
Kau ubah aku menjadi salju

Bintang kecilku…
Kau telah membuat jiwaku bertalu-talu
Maka berhentilah menjadi batu
Karena aku ingin menyanyikan senandung rindu untukmu
Cahayamu telah mengalihkan duniaku yang pilu

Bintang kecilku…
Kau terbang seperti kupu-kupu dalam duniaku
Kilaumu mengusir kegalauanku

Bintang kecilku…
Janganlah kau hilang bersama bayu
Nanti hatiku kembali biru karena kehilangan sinarmu
Bintang kecilku…
Janganlah berlalu


By : Angelina RD & Patricia Sonia
May, 5th 2011, 10:23
Sebuah sajak bersama yang dibuat secara spontan saat kami ditimpa kegalauan dan entah mau diperuntukkan kepada siapa, mungkin kepada para ‘bintang kecil’ kami yang mewarnai hidup ini

Wednesday, May 18, 2011

Sara Bareilles - Love Song



nice to listen..
like her performance with grand piano
i like it..
i love piano

Sara Bareilles "Between the lines"

Tuesday, May 17, 2011

Dentingan Angan


Berbalut gaun ungu kesayanganku, aku masuk ke dalam sebuah hall kecil tempat kami memadu nada dan irama. Suasana yang tidak begitu ricuh, mendukungku untuk sejenak menarikan kawanan jari diatas barisan tuts hitam-putih. Dari arah pintu satu persatu kawan-kawanku masuk untuk berolah nada dan suara. Perlahan aku menjentikkan si telunjuk yang kemarin nyaris tertusuk. Kemudian kawanan jari lainnya menyusul seperti kakak yang tiba-tiba menyusul untuk bersamaku.

Berkat kemampuan penerawangan nada yang ku punya, alunan nada pun terjaga oleh si telinga. Aku tak menduga aku bisa. Aku pun terlena dengan mereka dalam irama dan nada. Ternyata ada sepasang mata terkesima. Aku bisa menerawang nada-nada ini namun aku tak bisa menerawang sepasang mata yang terkesima itu. Beberapa detik aku melirik, ternyata kamu yang membidik. Aku tak berkutik dan terus asik bersama barisan tuts musik.

Kakak yang ku harap tetap menjadi kakak, mendadak tiba di sisiku. Dia tak melakukan gerakan yang berarti. Jarinya pun tak melakukan akrobatik nada seperti pada resitalnya. Hanya nafasnya yang sayup ku dengar. Aku tetap asik dengan musik yang mengusik. Alunan untuk bait terakhir akan segara usai dan ‘ting’ itulah denting terakhir. Sekejap tangan tegap kakak bergerak dan mengelus helaian rambut yang telah ku tata sedemikian rupa. Aku sejenak melihat kearahnya sambil melempar senyum dan berkata,“Aku bisa memainkannya” ibu jarinya ikut tersenyum, dan tanpa sadar tanganku memeluknya.

Ketika sadarku tiba, aku teringat sepasang mata yang tadi sejenak terkesima, ya itu matamu yang diam-diam membidikku. Ternyata kamu masih di situ dan kini tatapanmu mendadak penuh pilu dan bibirmu berubah menjadi kelu. Kakiku seakan ingin bergerak kearahmu dan sejenak berseru, “kamu ?” namun pelukan yang tak sadar terlontar terbalas dengan pelukan yang semakin erat dari kakak. Dan sekali lagi aku curi tatapan untukmu, kau masih kelu.

Di waktu lain aku pun senang berada disitu untuk beradu menjajal penerawangan nadaku. Alunan dari pemetik favorit mampu ku gubah bersama barisan tuts mewah. Tiba-tiba masuk satu demi satu kawan-kawanku. Mereka hanya berlalu dan tak mengusikku. Mataku menangkap kamu(lagi) berdiri tegap sambil menatap. Aku masih beradu bersama media yang ada di depanku. Aku sejenak mencuri pandang kearahmu, tak ada tatapan sendu seperti yang lalu. Aku hanya bisa berseru dalam senyum untukmu. Ternyata kau pun sama seperti kakak yang suka mendadak hinggap tiba-tiba di sisku. Peraduan jariku terhenti karena kamu. Dan terlontar tatapan heranmu. Mendadak wajahku senada dengan kain yang membalut tubuhku, merah merona. Satu tanya terlontar darimu, “kenapa ?” aku menghela nafas malu dan kembali beradu bersama barisan tuts di depanku. Gubahan nada dari sang pemetik terbaik dapat aku bidik dan, “Aku bisa !”. Tanpa ku sadari sebuah tangan persahabatan hinggap diatas pundak dan senyumku pun tersontak diikuti sebuah peluk untukmu.

Dalam sebuah angan ada sebuah pelukan erat dari kakak yang melindungi dengan tangan tegapnya, darimu ada sebuah tepukan semangat yang selalu hinggap, dan ada sebuah dentingan yang ingin ku dendangkan.

By : Angelina RD, May 17th 2011, 22:11

Inspired by : dentingan dalam sebuah angan dan sebuah kebersamaan.

Kamu tahu ?

Di dalam sebuah renung ada tanya yang ingin bersua…

Kamu tahu,

dia ?

dia yang banyak berkata tentang banyak rasa padamu ?

dia yang tak segan berseru dalam sendu padamu ?

dia yang menjadi haru karena kelu melihatmu ?

dia yang berbagi tawa dalam hampa ?

Kamu tahu,

dia berusaha melihatmu dari jarak tak tentu ?

dia berusaha menyapamu dalam kalbu,

namun kadang kau tak berseru ?

Kamu tahu,

dia pernah pilu karena kau membeku ?

dia pernah beradu tentangmu, tentang rasa biru yang menjadi abu-abu ?

Kamu tahu,

dia ingin terus bersahabat untuk melihatmu hebat ?

dia ingin terus memberi senyum dikala kau manyun ?

dia ingin terus bersorak agar kau semangat ?

Kamu tahu,

ada secuil rasa yang tak terucap ?

ada sebongkah harap yang tak bisa disulap untuk dia lahap ?

ada setitik tangis saat hatinya teriris ?

Dan kamu tahu,

secuil rasa apa yang pernah dia bawa ?

sebongkah harap apa yang tak mampu disulapnya ?

setitik tangis apa yang membuatnya miris ?

Dia ingin kamu tahu,

ada secuil rasa kasih tanpa pamrih yang tak ingin dia tagih

ada sebongkah harap yang tak ingin dia sulap

ada setitik haru yang menderu karena kamu

Apakah sekarang kamu tahu ?

apa yang pernah dia rasakan,

apa yang pernah dia pikirkan,

apa yang pernah dia lakukan

untukmu ?

Jika kamu tahu, seberapa besar kamu tahu ?

ataukah kamu benar-benar tidak tahu ? bahkan tidak mau tahu ?

Sekarang dia hanya ingin bertutur agar kamu tahu,

Aku sahabatmu, ingin berseru tentang semua itu “



By : Angelina RD, May 14th 2011 (edited : May 16th 2011 )

Inspired by : secuil rasa ‘berbeda’ yang pernah dicuri dari hati seorang sahabat

Dedicate to : my beloved friend

Friday, April 29, 2011

Lantunkan Lagumu !

Kamu selalu ceria berpadu bersama lagu

Ekspresimu membuat aku terpukau seakan lagu itu menyatu dengan jiwamu

Alunan kata dan irama seakan menyihirmu untuk beradu dengan mereka

Aku hanya mampu menatap bangga karenamu, karena ceriamu bersama mereka


Saat itu,

Kamu pernah beradu berasamaku dalam sebuah pilu,

kamu rindu bersenandung bersama lagu

Kamu mengadu padaku,

“ aku ingin melantunkan lagu”

“ aku ingin berpadu dengan lagu”

“ aku ingin menyatu dengan lagu”

Itulah angan-anganmu

Angan-angan yang selalu ingin kau gapai dan selalu kuingat untuk mengingatkanmu


Dikala aku menatapmu dari jarak yang tak tentu, kau bersenandung, dan terloncatlah senyum-senyum semangatku untukmu, wahai pelantun lagu

Ya, pelantun lagu itulah kamu dan angan-anganmu

Kini aku masih tetap menatapmu dan lagu saling bercengkerama disetiap waktumu

Harapku kamu tidak melantun dengan angan-angamu

tapi kamu melantun dengan senandung yang selama ini kamu angankan

Dan nanti ketika kita masuk ke dalam waktu yang baru, aku ingin melihatmu memukau bersama lagumu, lagu yang kau lantunkan bersama jiwamu

U will be a great singer, my beloved friend !


By : Angelina RD April 14th 2011

Dedicate to : sobat pelantun lagu (happy belated birthday, April 3rd 2011)


Sunday, March 27, 2011

Mozart - Turkish March.mp3 - 4shared.com - penyimpanan dan berbagi-pakai file online - unduh - Mozart - Turkish March.mp3

dengerin instrumen ini waktu membua guratan iseng " Tuts Hitam-Putih" dan sekarang membaca kembali "Tuts Hitam-Putih" sambil mendengarnya... dan tiba-tiba teringat lagu ini dilantunkan dengan apik oleh seorang pianis hebat di sebuah resital musik pada bulan desember 2009


Mozart - Turkish March.mp3 - 4shared.com - penyimpanan dan berbagi-pakai file online - unduh - <a href="http://www.4shared.com/audio/JifaUm3k/Mozart_-_Turkish_March.html" target="_blank">Mozart - Turkish March.mp3</a>

Tuts Hitam-Putih


Dalam sebuah ruang yang samar-samar kulihat, sebuah grand piano putih berdiri anggun. Siluet tubuh ramping berbalut sutra putih terduduk disana. Telunjuknya menyentuh lembut tuts putih dan “ting” terdengarlah si denting. Para jari lainnya bermunculan, berpadu, dan turut menari bersama melodi.

Dengan pandangan samar-samar aku terus melihatnya memadukan melodi dengan chord menjadi lantunan nada. Sesekali kepalanya bergerak mengikuti irama. Lantunan riang sedang ia dendangkan. Seakan aku ingin berada disna untuk ikut berpadu bersama tuts hitam-putih. Jariku ingin menyentuh dan mendentingkan tuts-tuts hitam putih tapi aku tidak bisa beranjak dari tempatku berpijak. Aku tidak dapat mendekat dan melihatnya dengan seksama. Tapi aku merasa jiwaku ada disana jiwa yang berbalut sutra berdenting bersama nada.

Kini aku melihat dengan seksama rupaku yang telah kembali pada dunia nyata. Sekian lama aku terhanyut dalam cerita pendek tidurku, merasakan jiwaku bercengkerama bersama nada dan tuts hitam putih. Dan sang harapan pun bertengger, harapan dari para jari yang ingin menyentuh, berpadu, dan menari diatas sebuah grand piano putih. Sang benak pun berbisik, “ aku ingin berdenting bersama tuts hitam-putih” meskipun nyatanya para jari renta untuk mendentingnya. Hanya telinga dan mata yang mampu membawa harapan para jari untuk tetap memainkan dengan rasa setiap tuts yang berdenting.

i’m not a pianist but piano has helped me to make things better…

I love piano


By: Angelina RD, 26 maret 2011, dini hari menjelang pagi

Inspired by : Si Aku dan lantunan si Tuts Hitam-putih

Tuesday, March 22, 2011

This is My Father's World - Philip Keveren



from my beloved sistaa, mba indrii
thx sist
big hug for u
GBU

Sunday, March 20, 2011

Piano Animation (Maple Leaf Rag)



dentingan yang ceria sekali

Hanya Senandungmu


Waktu itu aku mampu melihat dan mendengar paduanmu bersama lagu

Waktu itu rasaku pun ikut terlena bersama mereka

Waktu itu aku tersihir kedalam karismamu

Waktu itu aku seperti anak kecil yang mendapat belasan bahkan ribuan permen jika mampu berada bersamamu


Tapi kini,

Sang waktu membatasi sang mata untuk melihatmu

Sebuah karang tajam tidak mampu menembus ombak sapaanku

Hanya sebuah rasa kagum yang masih hinggap di dasar benak

Rupa indahmu hanya menjadi sebuah siluet

Hanya senandungmu yang bisa kudengar bersama nafas

Hanya senandungmu yang mampu menahan rasa kagum yang luar biasa


Dan Hanya ada sebuah harapku,

Telingaku tetap terjaga mendengar semua rasa dari senandungmu

Senyumku dapat terlontar padamu meskipun kau tak sekalipun melirik kesana


By : Angelina R D

March, 16th, 2011 21:09

Inspiredby : sebuah senandung dan pelantunnya

Bohemian Rhapsody by Jubing

di share dari mba indri (my lovely sistaa) sebagai supportnya yang keren untuk menemani saya mengerjakan sebuah project (guratan ilmiah)
thx very much, sist
big hug for youuu..

Monday, March 14, 2011

Sahabat dan Piano

Sahabat yang baik bagaikan sebuah dentingan chord yg tetap mengiringi melodi yang kau lantunkan, baik melodi riang maupun suram, dan tetap membuat lagumu menjadi indah dalam resital kehidupanmu

(By.Angelina RD,13maret'11, inspiredby: voice of piano

Monday, March 7, 2011

Jubing Kristianto - Waiting For Sunset.mp3 - 4shared.com - penyimpanan dan berbagi-pakai file online - unduh - Jubing Kristianto - Waiting For Sunset.mp3

Jubing Kristianto - Waiting For Sunset.mp3 - 4shared.com - penyimpanan dan berbagi-pakai file online - unduh - <a href="http://www.4shared.com/audio/84eEtCKd/Jubing_Kristianto_-_Waiting_Fo.html" target="_blank">Jubing Kristianto - Waiting For Sunset.mp3</a>


salah satu lagu dari beratus-ratus lagu dalam playlist pribadi yang selalu menemani ketika membuat guratan-gurtaan sederhana, meskipun sudah diputar beratus kali tetap saja membuat telinga terinspirasi

Tuesday, February 8, 2011

Datar

Dua kaki jenjangnya terseok pada debu pasir. Kedua tangan gemulainya sudah mulai lunglai. Mata sayunya hampir tertutup sendu. Berkali-kali nafasnya berhembus seperti ingin mengeluarkan beban yang ada di paru-parunya. Kemudian Van terduduk dengan mata sayu menatap kosong. Dia menatap dunia pikirnya sambil sesekali menghembuskan nafasnya panjang. Sejenak mata sayunya terpejam, hanya suasana gelap yang dilihatnya.

kenapa” hanya terucap sebuah kata itu saja dari bibirnya namun berjuta kalimat mendekam di dalam batinnya yang seakan tidak mampu keluar untuk melengkapi ucapannya, ”kenapa”

Tepat disebelah kanannya terdapat sebatang pena berwarna merah yang ikut terdiam. Di sebelah kirinya masih tertutup buku saku yang selalu dibawa kemana ide itu ada. Kepalanya yang penat mulai berbelok kearah dua benda itu dan sekejap ia meraih benda-benda itu. Jari lentiknya mulai beraksi dengan benda-benda itu.

Kenapa”

Ia mulai mengguratkan kata itu pada halaman baru buku saku merahnya.. tiba-tiba tangannya terhenti nafasnya pun kembali berhembus panjang. Ia mengguratkan lagi kata selanjutnya bahkan kalimat panjang yang sempat terbungkam dalam batinnya. Kalimat-kalimat pertanyaan dirnya tentang apa yang terjadi pada dirinya saat itu. Satu lembar kertas usang itu akhirnya penuh dengan luapan tanya. Luapan tanya tentang apa yang terjadi saat ia berjalan, terseok, lunglai, tersayu, dan akhirnya terduduk kosong dalam dunia pikirnya, serta semua yang terpendam dalam batinnya.

Sesaat setelah semua goresan pena itu penuh, terdengar kembali suara sayunya dengan ekspresi penuh harapan atas berbagai tanya itu

baiklah !”

fiuuuuhhh…’

Ia pun menutup buku saku merahnya dan segera beranjak untuk melangkah bersama sepatu datarnya menuju sebuah pintu pengharapan.


By Angelina R D

January, 25th 2011



Alur Pujangga Kecil

Seorang pujangga kecil duduk termenung di bawah pohon rambutan bersama media karyanya. Sudah satu jam buku dan penannya terdiam. Di lembar kertas yang hampir lapuk, hanya tertulis beberapa rangkaian kata dengan kisah yang belum berakhir. Sesekali dia mengangkat si pena dan memutar-mutarnya searah jarum jam.

Beberapa detik dia mematung…

hembusan nafas bingung pun mencuat dari rongga mulutnya…

“ hmm… alur yang sulit di rangkai, bagaimana caranya merangkai sebuah alur dengan untaian kata-kata ini ?”.

Sejenak dia mematung kembali dan dalam alam pikirnya dia bergumam tentang seorang pujangga besar,

“ Dia, seorang pujangga besar mampu merangkai alur-alur berjuta kisah dari berjuta tokoh dan alur-alur yang dibuatnya sangat unik satu”, gumamnya kagum.

“ tapi aku…”

“…sebuah alur saja sulit kurangkai dengan kata-kata ini”, rasa kecil hatinya ikut melompat keluar.

Kini media karyanya terhempas di atas rumput. Matanya mulai sayu, dengan pasrah dia bersandar pada si batang rambutan.

Kini dia tengah berada di dunia khayal yang lain dan masih tetap berpikir tentang sebuah alur dalam dongeng yang akan dirangkai. Tiba-tiba mata sayunya terbelalak seperti disilaukan oleh teriknya sang fajar. Kotak idenya seperti terisi penuh kembali dengan butiran-butiran ide.

Segera raganya bangkit dengan mata yang berbinar riang dan

“ Hmm.. mungkin alur dari bebrapa kehidupan mereka bisa kujadikan alur dalam dongengku ini”

“ Aku harus banyak beljaar untuk merangkai alur-alur ini dan meresapi alur hidupku yang telah dirangkai oleh Sang Pujangga Besar sebagai sebuah berkat dan ide bagi media karyaku”

“ Pujangga Besar yang hebat, merangkai setiap alur dari berjuta kepala bahkan dengan alur yang sangat unik untuk tiap kepala.“

“ bahkan Dia membuat alur yang sangat unik untuk kisah hidupku”

Tangan mungil si pujangga kecil kini siap mengadu tinta pena bersama buku inspirasinya untuk merangkai dongengnya.

Inilah pembelajaran si Pujangga Kecil bersama Sang Pujangga Besar untuk melihat alur hidup untuk dirangkai pada alur dongengnya. Alur hidup yang diciptakan oleh Sang Pujangga Besar mampu masuk ke dalam kotak-kotak ide setiap tokoh, terutama tokoh yang sedang belajar membuat tokoh dalam dongengnya.

Thx to Jesus Christ

Angelina R D , January, 28th 2011 21:23