Thursday, November 27, 2014

Kacamata Miss Picky: Hidup itu Pilihan


Pernah makan di restoran cepat saji? Pasti pernah. Restoran cepat saji baik dari luar negri maupun  restoran cepat saji ala prasmanan masakan rumahan. Di sana masakan sudah disajikan terlebih dahulu sehingga pengunjung tidak perlu menunggu masakan diolah terlebih dahulu. Pengunjung masuk dan bisa langusng memilih masakan yang telah tersedia. Mulai dari masakan khas jepang sampai khas padang. Mau chicken katsu  sampai telur balado bisa dipilih. Gue bukan mau membahas tentang makanan tapi tentang konsep restoran cepat saji itu memberikan banyak pilihan makanan dan bisa langsung pilih.  
Life is like that. Banyak pilihan yang bisa kita ambil, sesuai dengan tujuan kita sendiri. Kalau kita datang ke restoran cepat saji karena sangat kelaparan, kita mungkin tidak peduli masakan apa, pokoknya makan dan kenyang. Lain hal kalau kita lapar tapi lagi ‘ngidam’ makanan tertentu, kita akan lebih pilih restoran atau makanan yang diinginkan. Hidup juga begitu. Kita  dihadapkan banyak pilihan-pilihan.
Saat seorang siswa lulus SMA, dia bisa memilih mau kerja dulu atau meneruskan pendidikan ke jenjang universitas. Kadang karena tuntutan sosial setelah lulus ya kuliah. Tapi ada juga kok orang-orang yang memilih cari uang. Banyak alasan untuk memilih.

Naik satu strata lagi, saat lulus kuliah mau kerja atau menikah? Itu pun pilihan. sebenarnya tidak perlu menunggu lulus kuliah pun bisa menikah. Tapi karena tuntutan sosial apa yang ingin kita pilih jadi buyar. Misalnya setelah lulus kuliah ingin melanjutkan pendidikan di jenjang magister, tapi tuntutan soisal meminta kita memilih untuk menikah. Mungkin bisa saja terjadi jika pasangan sudah ada jika belum ada apa mau dikata? Terima dijodohkan? Pilihan mu itu.

Setelah menikah, juga dihadapkan pula dengan pilihan hidup lain, mau punya anak atau menunda. Jika memilih ingin punya anak, memilih berapa anak. Semua pilihan.
Dan mungkin dengan contoh peristiwa hidup lainnya.

Menentukan dan menjalani pilihan hidup itu semesetinya hak individu bukan tergantung dari tuntutan sosial, kecuali Tuhan yang meminta. Mestinya menjalani hidup dengan begitu banyak pilihan itu bisa membuat seseorang bahagia atas apa yang dipilihnya.  Ketika seseorang memtuskan pilihan jalan hidup tertetntu atas dirinya sendiri mungkin dia akan merasa lebih bahagia. Tapi lain persoalan jika ternyata pilihannya itu salah mungkin akan membuat si individu itu nelangsa. Kalau individu itu sadar bahwa pilihannya salah dan ingin berubah baik, dia bisa belajar dari kesalahannya. Dibanding menjalani pilihan dari orang lain. Kalau pilihan dari orang lai itu tidak sesuai bisa dibahayangkan apakah orang itu bahagia? Mungkin ya mungkin tidak. Jika pilihan orang lain itu salah, apakah si individu bahagia? Atau semkain nelangsa? Bisa ya bisa tidak.  

Menjadi bahagia itu pilihan. Bahagia untuk siapa? Tergantung individu itu memilih. Dia mau bahagia untuk dirinya sendiri atau karena tuntutan orang lain.  

Saat kita mempunyai pilihan baik untuk membawa bahagia bisa pula terbentur dengan tuntutan. Kadang seseorang kalah dengan tuntutan. Kenapa bisa kalah? Bisa karena budaya atau norma sosial misalnya seorang anak yang memilih untuk masuk perguruan tinggi dengan bidang yang ia minati namun orang tuanya menuntut bidang tertentu. Dia mengalah untuk memilih pilihan orang tuanya. Bahagia kah? Tergantung. Jika tidak bahagia itu yang bahaya.  Kalau orang yang sudah mantap dengan pilihannya dan ternyata terbentur dengan tuntutan sosial, mungkin bisa tidak bahagia. Lain persoalan jika seseorang tidak mantap dengan pilihannya, peran orang lian dibutuhkan.untuk mengarahkan bukan menjatuhkan.  
Itu segelintir contoh bagiamana pilihan dan tuntutan saling beradu. Kita mungkin perlu menjadi pemberontak untuk jadi bahagia.

Kalau kita sadar bahwa bahagia itu pilihan untuk diri sedniri, ya gapailah, perjuangkanlah, dan tetap konsisten untuk menggapainya. Kalau ternyata pilihan kita salah belajarlah dan jangan sampai jatuh di lubang yang sama.

Hidup itu pilihan, demikian pula dengan bahagia atau nelangsa. Tergantung kita mau memilih yang mana. Tapi ingat ada yang mengatur pilihan itu, Tuhan. Tapi Tuhan itu baik pasti memberikan pilihan baik pula.  


(19 agustus 2014)