Pernah makan di
restoran cepat saji? Pasti pernah. Restoran cepat saji baik dari luar negri maupun
restoran cepat saji ala prasmanan
masakan rumahan. Di sana masakan sudah disajikan terlebih dahulu sehingga pengunjung
tidak perlu menunggu masakan diolah terlebih dahulu. Pengunjung masuk dan bisa langusng
memilih masakan yang telah tersedia. Mulai dari masakan khas jepang sampai khas
padang. Mau chicken katsu sampai telur
balado bisa dipilih. Gue bukan mau membahas tentang makanan tapi tentang konsep
restoran cepat saji itu memberikan banyak pilihan makanan dan bisa langsung
pilih.
Life is like that.
Banyak pilihan yang bisa kita ambil, sesuai dengan tujuan kita sendiri. Kalau
kita datang ke restoran cepat saji karena sangat kelaparan, kita mungkin tidak
peduli masakan apa, pokoknya makan dan kenyang. Lain hal kalau kita lapar tapi
lagi ‘ngidam’ makanan tertentu, kita akan lebih pilih restoran atau makanan
yang diinginkan. Hidup juga begitu. Kita
dihadapkan banyak pilihan-pilihan.
Saat seorang siswa lulus
SMA, dia bisa memilih mau kerja dulu atau meneruskan pendidikan ke jenjang
universitas. Kadang karena tuntutan sosial setelah lulus ya kuliah. Tapi ada
juga kok orang-orang yang memilih cari uang. Banyak alasan untuk memilih.
Naik satu strata lagi,
saat lulus kuliah mau kerja atau menikah? Itu pun pilihan. sebenarnya tidak
perlu menunggu lulus kuliah pun bisa menikah. Tapi karena tuntutan sosial apa
yang ingin kita pilih jadi buyar. Misalnya setelah lulus kuliah ingin
melanjutkan pendidikan di jenjang magister, tapi tuntutan soisal meminta kita
memilih untuk menikah. Mungkin bisa saja terjadi jika pasangan sudah ada jika
belum ada apa mau dikata? Terima dijodohkan? Pilihan mu itu.
Setelah menikah, juga
dihadapkan pula dengan pilihan hidup lain, mau punya anak atau menunda. Jika
memilih ingin punya anak, memilih berapa anak. Semua pilihan.
Dan mungkin dengan
contoh peristiwa hidup lainnya.
Menentukan dan
menjalani pilihan hidup itu semesetinya hak individu bukan tergantung dari
tuntutan sosial, kecuali Tuhan yang meminta. Mestinya menjalani hidup dengan
begitu banyak pilihan itu bisa membuat seseorang bahagia atas apa yang
dipilihnya. Ketika seseorang memtuskan pilihan
jalan hidup tertetntu atas dirinya sendiri mungkin dia akan merasa lebih bahagia.
Tapi lain persoalan jika ternyata pilihannya itu salah mungkin akan membuat si
individu itu nelangsa. Kalau individu itu sadar bahwa pilihannya salah dan
ingin berubah baik, dia bisa belajar dari kesalahannya. Dibanding menjalani
pilihan dari orang lain. Kalau pilihan dari orang lai itu tidak sesuai bisa
dibahayangkan apakah orang itu bahagia? Mungkin ya mungkin tidak. Jika pilihan
orang lain itu salah, apakah si individu bahagia? Atau semkain nelangsa? Bisa
ya bisa tidak.
Menjadi bahagia itu
pilihan. Bahagia untuk siapa? Tergantung individu itu memilih. Dia mau bahagia
untuk dirinya sendiri atau karena tuntutan orang lain.
Saat kita mempunyai
pilihan baik untuk membawa bahagia bisa pula terbentur dengan tuntutan. Kadang
seseorang kalah dengan tuntutan. Kenapa bisa kalah? Bisa karena budaya atau
norma sosial misalnya seorang anak yang memilih untuk masuk perguruan tinggi dengan
bidang yang ia minati namun orang tuanya menuntut bidang tertentu. Dia mengalah
untuk memilih pilihan orang tuanya. Bahagia kah? Tergantung. Jika tidak bahagia
itu yang bahaya. Kalau orang yang sudah
mantap dengan pilihannya dan ternyata terbentur dengan tuntutan sosial, mungkin
bisa tidak bahagia. Lain persoalan jika seseorang tidak mantap dengan
pilihannya, peran orang lian dibutuhkan.untuk mengarahkan bukan menjatuhkan.
Itu segelintir contoh
bagiamana pilihan dan tuntutan saling beradu. Kita mungkin perlu menjadi
pemberontak untuk jadi bahagia.
Kalau kita sadar bahwa
bahagia itu pilihan untuk diri sedniri, ya gapailah, perjuangkanlah, dan tetap
konsisten untuk menggapainya. Kalau ternyata pilihan kita salah belajarlah dan
jangan sampai jatuh di lubang yang sama.
Hidup itu pilihan,
demikian pula dengan bahagia atau nelangsa. Tergantung kita mau memilih yang
mana. Tapi ingat ada yang mengatur pilihan itu, Tuhan. Tapi Tuhan itu baik pasti
memberikan pilihan baik pula.
(19 agustus 2014)