Thursday, April 19, 2012

“On My broken bed” series: “Biola”

“On My broken bed” series

“Biola”


Siluet ungu duduk termangu menatap kelambu

tangannya kaku bersama penggesek berdebu

detaknya berlari tak tentu diiringi panas menderu

Biola merah terdiam pasrah

menunggu empunya berdesah

mengurai butiran kisah untuk digubah

Bow ekor kuda mengendap bercerita

dawai sendu berjentik memberi asa

melantun melodi tanpa kata

bersama hembusan doa

Lengkingannya seakan berdendang senang

kala hati merasa tertendang

irama tak mau berhembus riang

tapi ingin membawa haru menghilang

anak-anak jari beraksi dalam perih

menahan segala rintih yang saling menindih

nyanyian cerita bergesek lirih

menuai hampa

sampai telinga mati rasa

Dari balik kalbu kawanan tangan siap mwnyatu

menepuk bahu bahkan memeluk rindu

kala dawai tergesek sendu

by Angelina RD March 30th 2012 02:44

“On My Broken Bed” Series: “Sajak Malam”

“On My Broken Bed” Series:

“Sajak Malam”


Terang,

Tapi remang-remang

karena ada pijar dan kunang-kunang

Sunyi,

penuh misteri ?

tidak juga, tapi filosofi !

aku, kamu, kita, dan semua berekspresi melalui mimpi

Gelap

Tapi tak membuat buru-buru terlelap

banyak kisah pagi, siang, petang belum terucap

buih-buih haru maupun sendu juga belum terluap

Sunyinya membuatku bernyanyi dalam hati pada Sang ilahi

Lalu berbisik tanpa terkecoh riuh sana-sini

membawa suara hati kembali

membangkitkan telinga renta yang nyaris tergolek tuli oleh kondisi

terlihat terang setitik

membuatku mendelik

sunyinya membawa ide menari tergelitik

kelam

terbenam

tapi mampu meredam penat dalam diam

begitulah engkau malam

by : Angelina RD March 30th 2012 01 : 52

On My Broken Bed Series: “Sayap”

Kamu ingin menjadikanku malaikat. Hmm.. apa bisa ? kurasa tak bisa. Aku malah merasa kau yang pantas menjadi malaikat ketimbang aku. Mengapa? karena kamu memang ibarat malaikat dengan sayap tangguh tak terlihat. Harapanmu dulu adalah menjadikanku malaikat manis dan memiliki sayap cantik. Itulah yang kau toreh melalui label diriku yang mendarah daging sampai aku berakhir.

Sayap tangguhmu selalu ku gunakan untuk main pesawat terbang, layang-layang, kipas-kipas saat panas, mengusap lendir hidung saat meraung, bahkan selimut saat mengigil. Sayapmu multifungsi dan hampir rapuh dibuatku.

Sayapmu tak hanya menjadi sarana untuk bermain laying-layang, menghalau panas, ataupun selimut, tapi juga menjadi benteng lembut saat sebuah batu melukaiku. Itu yang membuat aku semakin bergantung pada sayap tangguhmu. Aku tak pernah menduga bahwa sayapmu juga bisa rapuh bahkan patah. Selangkah mendekati satu dekade sayapmu mulai terlihat rapuh. Bulu-bulu lembut sedikit demi sedikit rontok, karena jam terbangmu tak beraturan. Angin-angin kecil melepaskan satu helai, dua helai, bahkan puluhan helai.

Akhirnya sayapmu benar-benar rapuh… Bahkan patah..

Aku hanya meratap bingung tanpa ekspresi. Nanti aku harus bagaimana tanpa sayapmu ini , begitulah tanyaku pada benak.

Setelah melewati satu dekade lebih sedikit, aku bak kehilangan sayap. Benteng lembut saat timpukan batu datang tak ada, selimut saat menggigil tak ada, keceriaan bermain laying-layang tak ada.

Sayapmu lenyap…

Meskipun Sang Pemberi nafas selalu memberikan helaian-helaian sayap lain, sayap tangguhmu tetap yang mampu membawaku teduh.

Sampai hari ini, menuju seperempat abad label bergaung pada jiwaku, aku menanti untuk melihat dan merasakan sayapmu. Hanya butiran sapaan padaNya yang mengobati kerrinduan padamu dan sayap malaikatmu.

By : Angelina RD March 22nd 2012

dedicate to : my angel’s wings

Extremely, I miss u