Sunday, March 27, 2011

Tuts Hitam-Putih


Dalam sebuah ruang yang samar-samar kulihat, sebuah grand piano putih berdiri anggun. Siluet tubuh ramping berbalut sutra putih terduduk disana. Telunjuknya menyentuh lembut tuts putih dan “ting” terdengarlah si denting. Para jari lainnya bermunculan, berpadu, dan turut menari bersama melodi.

Dengan pandangan samar-samar aku terus melihatnya memadukan melodi dengan chord menjadi lantunan nada. Sesekali kepalanya bergerak mengikuti irama. Lantunan riang sedang ia dendangkan. Seakan aku ingin berada disna untuk ikut berpadu bersama tuts hitam-putih. Jariku ingin menyentuh dan mendentingkan tuts-tuts hitam putih tapi aku tidak bisa beranjak dari tempatku berpijak. Aku tidak dapat mendekat dan melihatnya dengan seksama. Tapi aku merasa jiwaku ada disana jiwa yang berbalut sutra berdenting bersama nada.

Kini aku melihat dengan seksama rupaku yang telah kembali pada dunia nyata. Sekian lama aku terhanyut dalam cerita pendek tidurku, merasakan jiwaku bercengkerama bersama nada dan tuts hitam putih. Dan sang harapan pun bertengger, harapan dari para jari yang ingin menyentuh, berpadu, dan menari diatas sebuah grand piano putih. Sang benak pun berbisik, “ aku ingin berdenting bersama tuts hitam-putih” meskipun nyatanya para jari renta untuk mendentingnya. Hanya telinga dan mata yang mampu membawa harapan para jari untuk tetap memainkan dengan rasa setiap tuts yang berdenting.

i’m not a pianist but piano has helped me to make things better…

I love piano


By: Angelina RD, 26 maret 2011, dini hari menjelang pagi

Inspired by : Si Aku dan lantunan si Tuts Hitam-putih

No comments:

Post a Comment