Angin segarmu itu hanya kamflase kentut yang kau semprot
dengan parfum murahan. Kau harus menyemprotkannya ketika hidungku ragu bau apa
yang sedang terhirup., dan saat cairan parfum murahmu menipis saat
itulah bau busuk semakin menyengat dan akhirnya aku tahu, wewangian apa yang
selama ini tercium. Angin segar yang tidak nyata segar tapi terkontaminasi
kamuflase-kamuflase yang kau buat. Ya itu bukan angin yang menyegarkan nafasku
yang sedang sangat butuh oksigen.
Sekarang aku harus balik bertanya atas tanyamu, mengapa
aku harus beralih? Karena aku butuh udara segar untuk membantu nafasku yang
pendek dan nyaris terhenti karena terlalu
banyak karbondioksida yang menyiksa jiwa.
Dan itu yang tidak kau tahu.
(Angelina Ratih
Devanti, 24 Januari 2013)
No comments:
Post a Comment