“ Lebih baik sakit gigi daripada
sakit hati ini.”
Pernah
mendengar penggalan lirik tersebut, kan. Lirik itu menunjuk pada sebuah
perbandingan rasa sakit. Lirik yang sering dipakai untuk guyonan atau pada
adegan drama (baik drama lebai maupun drama komedi) dimana tokoh sedang patah
hati muncul penggalan lagu tersebut sebagai pemanis adegan. Orang diharapkan
memilih untuk sakit gigi daripada merasakan sakit hati. Seakan sakit gigi tidak
ada apa-apanya dibanding sakit hati. Tapi kenapa sakit hati tidak dibandingkan
dengan sakit lainnya? sakit gigi lebih memang pamor dalam lirik dibanding sakit
perut, sakit pinggang atau sakit lainnya. Jangan salah sakit gigi juga
menyakitkan seperti sakit hati. Yang namanya sakit mana ada yang enak.
Saat
seseorang mengalami brokenheart,
seakan badan ‘lupa’ merasakan saat salah satu organ sakit, ya seperti penggalan
lirik lagu tadi, gigi sudah bengkak tapi karena patah hati seakan rasa
nyut-nyutan itu nggak ada rasanya. Seperi mati rasa fisik. Hebat ya pikiran
manusia bisa memblokade, mentolerir rasa sakit fisik dari patah hati.
Sebenarnya
sakit gigi pun bisa membuat seseorang sakit hati. Saat seseorang sedang sakit
gigi, merasakan gusi berdenyut sampai kepala juga ikut berdenyut. Orang sering
menyebut, “cenat-cenut” atau “ gigiku nyut-nyutan”. Coba bayangkan jika kita
sedang merasakan ‘nyut-nyutan’ di gusi dan kepala, saat itu kita juga sedang
melakukan sesuatu hal, mungkin konsentrasi terganggu, mungkin peluang melakukan
kesalahan lebih besar, efeknya apa yang dikerjakan tidak total. Atau merasa
tidak percaya diri karena gusi bengkak seperti orang sedang ‘mengemut’ permen.
Gigi patah, bisa membuat seseorang ‘patah hati’. Gigi seri depan patah, membuat
penampakan diri seperti lansia. Kalalu kejadiannya terjadi pada lansia mungkin
dianggap wajar, gigi sudah banyak yang tanggal. Bagaimana jika kejadiannya
terjadi pada anak muda? Mungkin saja akan merasa tidak percaya diri. Pasti ada
keresahan bagaimana ya jika bertemu pacar, bagaimana kalau berdiskusi dengan
klien, dan segala macam keresahan. Saat berhadapan dengan orang lain, mungkin
akan merasa risih karena giginya ‘ompong’. Belum lagi jika ke’ompong’an itu dipertanyakan
lawan bicara. Rasanya, ya mungkin seperi patah hati. (mungkin) Patah gigi juga
bisa membuat hati ‘ciut’ kan. Patah gigi juga memicu sakit lain, jadi susah
makan, jadi malas makan, asupan makan berkurang dan akhirnya sakit perut..
Bisa
dikatakan yang namanya sakit apapun itu baik fisik maupun psikis tidak enak.
Sakit gigi tidak lebih baik dari sakit hati. Sakit hati tidak lebih baik dari
sakit gigi. Demikian juga sakit perut, sakit pinggang, dan sakit lainnya.
Bukan
“Lebih baik sakit gigi daripada sakit
hati”
Karena
sama menyakitkan, “cenat-cenut” dan “nyut-nyutan”
Tapi,
Lebih baik SEHAT J
(Angelina Ratih Devanti, 8 Februari 2015)
No comments:
Post a Comment