Wednesday, May 12, 2010

Resital Bayangan

Sayup sayup aku mendengar petikan itu…

Sayup-sayup aku mendengar dentingan itu…

Sayup-sayup aku mendengar gesekkan itu…

Sayup-sayup aku mendengar tiupan itu…

Ya…

Aku mendengarnya sayup-sayup yang berarti tidak sepenuhnya ku bisa mendengarkan semua itu dengan jernih.

Aku bisa melihatnya pula satu demi satu para musisi mengeluarkan suara-suara itu memainkan gubahan-gubahan nada Namun lagi-lagi sayup-sayup

Tapi aku merasakannya dengar jernih semua yang terdengar, dan terlihat sayup-sayup itu

Tapi kali ini bisa kudengar, kulihat, dan ku rasa suara yang sanagt jernih bahkan nyaring,

dek ayo berangkat !”, teriak kakaku tersayang.

berangkat, mau kemana kita ?”

jangan bawel, temenin kakak ambil tiket buat resital mendatang “

Waahh..

Si kembar kaki tampak mantap berdiri dan segera melangkah menemani langkah kakaku tersayang bahkan si kembar tangan pun tampak menari girang mendengar teriakan kakakku tersayang.

Ohh tidak ??

maaf ternyata tinggal satu tiket, bagaimana ya ??

Hah tinggal satu ??! raut riang seperti tersembur debu seketika lukisan ekspresi wajah riang di sulap menjadi si manyun baik itu lukisan wajah ku dan kakaku tersayang

mau diambil atau.. ??’

tangan yang lembut seakan menjadi garang dan langsung menyambar selembar kertas tiket lunglai itu. Dan langkah mantab kami segera menghilang dari hadapan seorang pemberi undangan pertunjukan.

Tapi aku masih mampu untuk,

melihat resital musik itu secara sayup-sayup

mendengarnya secara sayup-sayup

bahkan merasakannya dengan bayangan, khayalan, dan harapan

aku bisa merasakan bagaimana petikan gitar yang menawan, dentingan piano yang riang, gesekkan biola yang terisak, dan tiupan flute yang teduh mengalun dan tampak apik terlihat.

Bagiku inilah resital bayangan dengan harapan dapat menikmati sebuah resital dengan telinga, mata, dan rasa yang dulu sejenak hilang

dek, kayaknya kita batal nonton kalau tiket Cuma 1”

loh kenapa kakak aja kalo gitu yang dateng”

salah satu dari kita nggak dateng berarti nggak dateng semua, itulah namanya adil “

tenang kita pasti akan melihat, mendengar, dan merasakan kembali

Petikan gitar yang menawan

Dentingan piano yang membuat hati riang

Gesekan biola yang sejenak membuat kita tersendu

Flute yang akan kembali meneduhkan kita saat kesenduan hadir”

Lukisan wajah yang sempat tersembur debu ‘ manyun’ kembali tertoreh keceriaan dan mampu membuat lukisan wajah lain pun dipenuhi keceriaan.

Aku dan kakakku tersayang sejenak mampu melihat, mendengar, dan merasakan sayup-sayup resital bayangan ini. Samapai pada akhirnya kami melihat, mendengar, dan mersakannya secara nyata.


By. Me May 2nd 2010, 23: 37

Thx to Music(ian)s

to : semua yang mencintai musik, yang menginspirasikan lewat musik, dan menjadikan musik sebagai bagian dalam hidup

No comments:

Post a Comment