Sayup sayup aku mendengar petikan itu…
Sayup-sayup aku mendengar dentingan itu…
Sayup-sayup aku mendengar gesekkan itu…
Sayup-sayup aku mendengar tiupan itu…
Ya…
Aku mendengarnya sayup-sayup yang berarti tidak sepenuhnya ku bisa mendengarkan semua itu dengan jernih.
Aku bisa melihatnya pula satu demi satu para musisi mengeluarkan suara-suara itu memainkan gubahan-gubahan nada Namun lagi-lagi sayup-sayup
Tapi aku merasakannya dengar jernih semua yang terdengar, dan terlihat sayup-sayup itu
Tapi kali ini bisa kudengar, kulihat, dan ku rasa suara yang sanagt jernih bahkan nyaring,
“ dek ayo berangkat !”, teriak kakaku tersayang.
“ berangkat, mau kemana kita ?”
“ jangan bawel, temenin kakak ambil tiket buat resital mendatang “
Waahh..
Si kembar kaki tampak mantap berdiri dan segera melangkah menemani langkah kakaku tersayang bahkan si kembar tangan pun tampak menari girang mendengar teriakan kakakku tersayang.
Ohh tidak ??
“ maaf ternyata tinggal satu tiket, bagaimana ya ??
Hah tinggal satu ??! raut riang seperti tersembur debu seketika lukisan ekspresi wajah riang di sulap menjadi si manyun baik itu lukisan wajah ku dan kakaku tersayang
“ mau diambil atau.. ??’
tangan yang lembut seakan menjadi garang dan langsung menyambar selembar kertas tiket lunglai itu. Dan langkah mantab kami segera menghilang dari hadapan seorang pemberi undangan pertunjukan.
Tapi aku masih mampu untuk,
melihat resital musik itu secara sayup-sayup
mendengarnya secara sayup-sayup
bahkan merasakannya dengan bayangan, khayalan, dan harapan
aku bisa merasakan bagaimana petikan gitar yang menawan, dentingan piano yang riang, gesekkan biola yang terisak, dan tiupan flute yang teduh mengalun dan tampak apik terlihat.
Bagiku inilah resital bayangan dengan harapan dapat menikmati sebuah resital dengan telinga, mata, dan rasa yang dulu sejenak hilang
“ dek, kayaknya kita batal nonton kalau tiket Cuma 1”
“ loh kenapa kakak aja kalo gitu yang dateng”
“ salah satu dari kita nggak dateng berarti nggak dateng semua, itulah namanya adil “
“ tenang kita pasti akan melihat, mendengar, dan merasakan kembali
Petikan gitar yang menawan
Dentingan piano yang membuat hati riang
Gesekan biola yang sejenak membuat kita tersendu
Flute yang akan kembali meneduhkan kita saat kesenduan hadir”
Lukisan wajah yang sempat tersembur debu ‘ manyun’ kembali tertoreh keceriaan dan mampu membuat lukisan wajah lain pun dipenuhi keceriaan.
Aku dan kakakku tersayang sejenak mampu melihat, mendengar, dan merasakan sayup-sayup resital bayangan ini. Samapai pada akhirnya kami melihat, mendengar, dan mersakannya secara nyata.
By. Me May 2nd 2010, 23: 37
Thx to Music(ian)s
No comments:
Post a Comment