Ceritaku
Bersama Teman Spesial
#5
Todi Juara Lari
Pagi
yang cerah Pak Edi mengajak murid-murid Kelas Asteroid bermian di lapangan sekolah.
Sari, sang ketua kelas memimpin barisan. Mereka semua berjalan menuju lapangan
dengan riang. Setibanya di lapangan Sari merasa ada yang kurang saat melihat
barisan teman-temannya.
“
Pak Edi, Todi nggak masuk.”, ujar Sari.
“
Nah, itu dia”, ujar Pak Edi sambil menunjuk Todi yang baru muncul. Ia
tertinggal. Pak Edi membantu Todi untuk bergabung. Teman-teman Todi menatap
heran. Ada yang berbeda dari Todi.
“
Kaki kayunya mana, Todi ?”, tanya Beno si badan besar.
“
Patah.”, jawab Todi.
“
Nggak bisa jalan dong ?”, ujar Tika.
“
Bisa. Kan pakai kursi roda.”, jawab Todi.
“Sekarang
kakinya Todi roda ya hihihi.”, bisik Tika pada Beno.
Biasannya
Todi memakai tongkat untuk berjalan. Sejak kecil kaki Todi sakit, tidak bisa
bergerak. Hari ini Todi menggunakan kursi roda. Meskipun Todi duduk di kursi
roda, ia tetap ingin mengikuti olah raga bersama teman-teman.
Hari
ini Pak Edi mengajak bermain “Lari Ambil Harta Karun”. Wah asyik sekali
mengambil harta karun. Harta karun apa ya ? Pak Edi memasukkan bendera-bendera
ke dalam ember biru. Semua murid diminta untuk mengambil bendera dengan cara berlari dan membawa
kembali pada tempat semula.
Beno,
si badan besar bersiap di barisan depan. Peluit dibunyikan oleh Pak Edi. Secara
bergantian murid-murid berlari mengambil bendera dan kembali ke tempat semula.
Ada murid yang berlari cepat namun ditengah jalan terjatuh, seperti Sari, Beno,
dan Rafa. Namun ada pula yang malah berjalan karena takut terjatuh. Pada
barisan paling belakang, tinggalah Todi.
“
Todi, mau coba juga ?”, tanya Pak Edi.
“
Iya.”, jawabnya mantab.
“
Memang, Todi bisa ?”, ujar Beno ragu.
Todi
berusaha menggerakkan kursi roda dengan cepat. Ia mengambil bendera di ember
biru kemudian berbalik menuju tempatnya semula. Suasana semakin ramai. Semua
murid bersorak. Pak Ade ikut memberi semangat pada Todi.
“
Wah, Todi bisa cepat mengambil bendera. ”, puji Sari.
“Kalau
pakai kaki kayu, pasti nggak bisa cepat.”, Beno mencibir.
“
Kaki kayu itu apa, Ben?’, Tiba-tiba Pak Edi mendekati Beno.
“Kakinya
Todi, Pak, kan Todi jalannya pakai tongkat.”, ujar Beno sambil tertawa. Beberapa
teman lain ikut tertawa.
“Tapi
sekarang Todi jalannya pakai roda.”, sahut Momo.
Pak
Edi memberi pengertian pada Beno dan teman-teman bahwa Todi masih mempunyai
kaki seperti mereka. Meskipun kaki Todi tidak bisa untuk berjalan, Todi masih
bisa bergerak dengan tongkat maupun kursi roda. Todi tampak bersemangat untuk
bermain bersama teman-temannya. Pak Edi meminta agar murid-muridnya dapat
membantu Todi saat mengalami kesulitan.
Tiba-tiba
Pak Edi mempunyai ide.
“
Sekarang kita lomba, ya !”, seru Pak Edi bersemangat.
Semua
murid sangat senang. Mereka mengajukan diri jadi peserta. Pak Edi meminta 3
orang untuk jadi peserta babak pertama, sementara murid lain menunggu giliran.
“
Tiga orang dulu ya, nanti gantian, siapa mau jadi peserta babak pertama ?”,
tanya Pak Edi.
Beno
mengajukan diri. Rafa si kurus tidak mau kalah. Sudah ada 2 peserta, lalu siapa
lagi ya ?
“
Saya, Pak.”, seru Todi sambil mendorong kursi rodanya.
Beno
dan Rafa menatap heran. Apakah Todi bisa menang melawan mereka. Teman lainnya
pun ragu. Pak Edi justru bangga pada Todi karena Todi bersemangat mau ikut lomba lari.
Beno,
Rafa, dan Todi bersiap pada posisi
masing-masing. Peluit segera dibunyikan oleh Pak Edi. Mereka berlari menuju
ember-ember berisi bendera. Beno si badan besar berlari sekuat tenaga mencapai
ember. Rafa tak mau kalah dengan Beno. Bagaimana dengan Todi? Todi mendorong
kursi rodanya agar dapat menyusul Beno dan Rafa. Mereka bertiga berhasil
mengambil bendera dalam ember.
Saat
kembali ke tempat semula, Beno berhenti sejenak di tengah lintasan lari karena
lelah. Rafa berusaha sekuat tenaga berlari mengalahkan Beno. Tiba-tiba sepatu
Momo terlepas dan terlempar ke dalam semak-semak. Rafa malah mengejar
sepatunya. Todi terus berusaha mendorong kursii roda. Todi melewati Beno. Akhirnya
pada babak pertama Todi menjadi juara. Semua teman-teman tepuk tangan untuk
Todi. Semua bersorak gembira saat Todi telah kembali membawa bendera.
“
Wah, Todi kuat, padahal harus menggerakkan kursi roda.”, Puji Sari.
“
Huuh…huuh.. iya.. Kamu hebat, aku cepat lelah jadi kalah deh.”, ujar Beno dengan
nafas terengah-engah. Todi hanya tersenyum.
“
Kamu hebat Todi, kalau ada lomba lari lagi, kamu ikut ya.”, ujar Pak Edi
bangga.
“
Iya, Pak !”, jawab Todi mantab.
Pak
Edi memberitahu kepada semua murid bahwa Todi tetap bisa beraktivitas seperti
mereka walaupun harus dibantu kursi roda atau tongkat. Teman-teman Todi bangga dan tidak lagi meledek Todi dengan
sebutan ‘ Si Kaki Kayu’ atau ‘ Si Kaki Roda ‘ .
(Angelina
Ratih Devanti, 23 Mei 2014)
No comments:
Post a Comment