Semua orang tentu pernah
mendapat undangan pernikahan dari kerabat atau kolega. Apa saja yang terdapat
di undangan nikah? Tentu nama kedua mempelai, keluarga, waktu, dan tempat acara
pernikahan. Tapi pernah kah kita lihat beberapa undangan yang mencantumkan
gelar pendidikan di belakang nama mempelai? Bahkan gelarnya amat panjang. Ini
acara pernikahan atau seminar kesehatan?
Beberapa hari lalu gue membaca sebuah undangan
pernikahan teman. Di undangan kedua mempelai mencantumkan gelar pendidikan. Tetiba
gue berpikir, bertanya dan tergugah untuk menuliskan tulisan ini. Mungkin
terkesan gue kurang kerjaan buang-buang waktu, tapi entah kenapa cukup menyita
pikiran.
Sebenarnya gelar
pendidikan itu apakah perlu dicantumkan pada undangan nikah? Dilihat dari
judulnya saja ‘Undangan Pernikahan’ tentulah acara yang diselenggarakan adalah
pesta pernikahan. Apakah acara pernikahan berkaitan dengan perbincangan ilmiah,
tentulah tidak. Jika dibandingkan dengan
undangan simposium atau seminar, pihak penyelnggara tentu mencantumkan nama
pembicara lengkap dengan gelar pendidkan atau gelar lainnya. Tentu ada gunanya.
Peserta seminar atau simposium berhak mengetahui kualifikasi pembicara apakah
layak dan sesuai membawakan topik terkait. Lalu bagaimana dengan acara
pernikahan? apakah empu hajat pernikahan mencantumkan gelar supaya saat acara dibahas
kajian ilmiah berdasarkan gelar mereka ? tentu tidak sama sekali.
Perlu atau tidaknya
gelar pendidikan di undangan nikah dikembalikan lagi pada Empu hajat
pernikahan. Mereka pasti punya tujuan masing-masing. Gue mencoba menelaah
alasan mengapa gelar perlu dicantumkan pada undangan nikah, namun menurut gue
pribadi tidak dicantunmkan pun tidak salah.
Tujuan penghargaan diri. Adanya
gelar sang empu hajat ingin menunjukkan bahwa mereka berasal dari keluarga
berpendidikan, dipandang dari keluarga berada, keedua mempelai sudah mapan
membangun kehidupan baru, pihak orang tua berhasil membuat anak-anak mereka
sukses di dunia pendidikan tinggi, dan sebagainya.
Itu kalau kedua belah
pihak sama-sama mempunyai gelar pendidikan setara, misalnya sama-sama sudah
mendapat gelar sarjana. Namun jika salah satu pasangan tidak mempunyai gelar
pendidikan apapun atau gelarnya berbeda, misalnya pasangan yang satu hanya
lulusan SMA/diploma sedangkan pasangannya bergelar doktor atau bahkan punya
gelar yang lebih panjang. Lagi-lagi
menurut gue, agak jomplang ya atau terkesan pasangan/keluarga pasangan yang
satu ingin terlihat lebih unggul. Bukannya acara pernikahan itu adalah acara
kedua mempelai? Tidak menutup kemungkinan hal itu terjadi. Akan lebih baik
gelar itu tidak dicantumkan daripada malah jadi gunjingan dan terkesan kedua
keluarga tidak kompak.
Ada pula Empu hajat
pernikahan yang berlatar belakang keluarga intelektual dan terpandang, tidak
menggunakan embel-embel gelar pendidikan dan lainnya dalam undangan nikah
anaknya. Gue lebih salut dengan hal ini. Kesan bersahaja lebih ditampilkan dengan
saling menjaga kekompakan keluarga. Faktanya pun ada Gue pernah membaca sebuah
undangan pernikahan kolega orang tua gue, mereka berasal dari keluarga
intelektual, keluarga sangat terpadang, bahkan mempelainya pun berlatar pendidikan
tinggi (lebih dari sarjana). Dalam undangan mereka tidak mencantumkan gelar
pendidikan atau lainnya. Penghargaan diri dari luar sudah tertanam dengan baik
karena kehidupan keluarga mereka yang bersahaja.
Pandangan gue tentang
undangan nikah tanpa gelar atau dengan mencantumkan gelar itu kembali pada
pilihan pasangan atau Empu hajat acara pernikahan. Apalah arti gelar pendidikan
atau lainnya yang tercantum di undangan nikah, yang terpenting kan kekompakan
kedua pasangan dan keluarga. Bibit bebet bobot penting. Kematangan mental dan
kesederhanaan hati juga penting.
Undangan nikah bukan
undangan simposium, yang harus melampirkan sederet gelar panjang J
(19 Juni 2014)
No comments:
Post a Comment