Wednesday, August 13, 2014

Belajar Makan Coklat


Ada hembusan yang memaksa untuk mundur dua langkah
Langkah panjang yang membuatku harus berdesah
Secuil kisah ingin kembali diasah

…….. (beri waktu ku menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan)……..

Ada obrolan seru disertai gurauan yang memicu rona malu,
Tutur yang sempat ku percaya namun seakan ada hembusan lain yang ingin berkata,
“dia fatamorgana.”
Menyembur getaran suara bahwa manisnya coklat,
mutlak tidak akan pernah bisa masuk dalam raga.
tak tahu kenapa.

Kembali kini,
tak sengaja mata pancing  menangkap intuisi.
Kau dapat menikmati.
MENIKMATI.
Ajaib!

Tertegun bagaimana dia  masuk kerongkonganmu?
rona jijik selalu terlukis kala tercium aroma nikmat.
Ya, coklat memang nikmat.
Secepat kilat kalian menyatu.
Secepat kau terbang terburu-buru menuju zona baru.  
meninggalkan persemayaman ungu.

Tak lagi jijik dan mual,
seakan kau punya mantra penawar.
Nyatanya, Kau bahagia menikmati
hangatnya secangkir coklat,
harumnya sepotong brownis,
manisnya semangkuk es krim.

Manisnya tak cukup seru jika belum menikmati pahitnya.
Karena itulah coklat yang sesungguhnya
Sama seperti kopi
(yang juga tak bisa kau nikmati)

Untukmu yang sempat tak bisa menikmati coklat, “Selamat, sudah bisa menikmati manisnya coklat”

(Angelina Ratih Devanti, 12 Agustus 2014)



No comments:

Post a Comment