Ada hembusan yang memaksa untuk
mundur dua langkah
Langkah panjang yang membuatku
harus berdesah
Secuil kisah ingin kembali diasah
…….. (beri waktu ku menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan)……..
Ada obrolan seru disertai gurauan
yang memicu rona malu,
Tutur yang sempat ku percaya
namun seakan ada hembusan lain yang ingin berkata,
“dia fatamorgana.”
Menyembur getaran suara bahwa
manisnya coklat,
mutlak tidak akan pernah bisa masuk dalam raga.
tak tahu kenapa.
Kembali kini,
tak sengaja mata pancing menangkap intuisi.
Kau dapat menikmati.
MENIKMATI.
Ajaib!
Tertegun bagaimana dia masuk kerongkonganmu?
rona jijik selalu terlukis kala tercium
aroma nikmat.
Ya, coklat memang nikmat.
Secepat kilat kalian menyatu.
Secepat kau terbang terburu-buru
menuju zona baru.
meninggalkan persemayaman ungu.
Tak lagi jijik dan mual,
seakan kau punya mantra penawar.
Nyatanya, Kau bahagia menikmati
hangatnya secangkir coklat,
harumnya sepotong brownis,
manisnya semangkuk es krim.
Manisnya tak cukup seru jika
belum menikmati pahitnya.
Karena itulah coklat yang
sesungguhnya
Sama seperti kopi
(yang juga tak bisa kau nikmati)
Untukmu yang sempat tak bisa menikmati coklat, “Selamat, sudah bisa
menikmati manisnya coklat”
(Angelina Ratih Devanti, 12 Agustus 2014)
No comments:
Post a Comment