Friday, August 22, 2014

Kacamata Miss Picky : Perjalanan Dua Dekade


Entah ini bisa dibilang kecintaan atau passion atau sekedar hobi belaka.
Tapi jika ditelusuri ke belakang mungkin hampir mendekati seperempat abad, gue bermain dengan coretan kata.
Ini adalah perjalanan bermain bersama kata dan media partnernya seperti kertas, pensil, pulpen, bahkan komputer.

Berawal dari suka coret-coret saat gue sudah mandiri untuk memegang pensil, mengenal huruf, lancar membaca, dan menulis kalimat sederhana. Sejak TK besar Nyokap sudah mengajari gue baca tulis. Sehingga saat masuk SD gue sudah lancar membaca dan menulis.

Apa yang gue tulis sejak SD ? pada jaman itu buku kecil yang sering disapa ‘diary’ sedang booming. Semua anak pasti punya. Apa sih yang dilakukan anak SD dengan diary? Apa sudah menuliskan keluh kesah, curhat galau seperti ABG atau orang dewasa ? tidak seberat itu. Kala itu diary berisi coretan tulisan dari teman-teman sebaya. Mereka saling bertukar diary menulis biodata.  Uniknya pada jaman itu, setiap teman yang sedang mengisi diary pasti diawali sapaan,
“ hallo, numpang buang tinta ya!”
Kemudian mereka menulis biodata dan membuat humor. Humor yang ditulis bukanlah lelucon seperti para comedian, tapi singkatan nama, contoh ratih R= ratih namanya, A = Anaknya manis, T= tikus binatang yang ditakutinya, I= ikan binatang peliharaannya, H= hantuu takut.. misalnnya begitu. Setelah itu ada yang tidak kalah unik untuk sapaan penutup,
S
A
L
A
Manis
          E
          L
          A
          L
          Untukmu
Begitualh kitra-kira apa yang tertulis di diary anak SD pada jaman gue. Apakah sekarang anak-anak SD masih punya diary dan masih melakukan hal yang sama seperti gue dan teman-teman sekitar 20an tahun yang lalu?

Masih pada masa SD tapi sudah naik tingkat. Menuju remaja tapi belum dibilang remaja. Diary mulai digunkan untuk curhat ala anak SD, bukan seputar permasalahan  berat seperti ABG jaman sekarang tapi lebiih cerita iseng. Gue pun masih menyimpan diary kelas 5 SD. Isisnya masih hal-hal lucu mulai dari rasa senang ada teman baru yang baru pindah ditengah-tengah cawu (dulu cawu sekarang semester)  atau rasa kesel dapat nilai jelek. Masalah anak jaman itu masih simple, jika dibandingkan jaman sekarang.  

Masuk masa berikutnya. Mulai masuk masa remaja. Buku diary berkembang, bukan lagi buku kecil tapi bertansformasi menjadi binder. Jaman SMP sedang ngehits, yang namanya binder. Binder berisi kertas yang bolong dibagian pinggir. Dulu kita anak-anak SMP jaman itu menyebutnya ‘kertas file’ Wujudnya si kertas file tidak selalu kertas putih bergaris, tapi juga terdapat background gambar lucu. Tren saat itu cewek-cewek suka tukeran kertas file.   

Gue mengikuti tren itu juga. Gue punya binder berisi beragam kertas file bergamabar. Tapi lama-lama gue bosan dan menggunkanan binder untuk coret-coret.  Coretan tulisan sudah berkembang tidak seperti jaman SD. Coretan berisi curhat. Nah disini mulai menuliskan catatan harian, meskipun tidak setiap hari menulis. Apa yang biasa gue tulis ? luapan rasa. Rasa senang atau sedih atau lagi suka sama gebetan, dll. Semenjak SMP kan hidup gue udah mulai kompleks tuh. (nggak mau dibahas karena bakal panjang).

Selain curhatan pribadi, gue si tukang ngayal mulai mencoba nulis ide-ide cerita fiksi. Gue menulis kadang di binder tapi juga di buku tulis. So stock buku tulis yang tadinya untuk buku catatan pelajaran atau PR mungkin bisa habis seketika. Cerita apa yang gue tulis? Cerita seputar anak sekolah, kehidupan remaja, kisah cinta-cintaan, dan kadang idenya pun juga dapet dari lingkungan sekolah, mislanya saat gue lagi nulis tiba-tiba disekolah ada gossip guru A dan B, nah bisa aja tuh isu gue masukin kedalam cerita gue. Sepanjang kehidupan sekolah masa SMP lah masa gue punya khayalan gila dan masa badung, tapi nggak badung-bandung amat. Cuma ngeledekin guru A sama B yang digosipin pacaran, sampai-sampai si guru itu jadi bete (sorry, pak, eheheh)

Menulis cerita dengan tulis tangan di buku berlanjut sampai SMA. Masuk SMA makin suka bikin cerita fiksi,. Ada aja idenya. Saat lagi gossip seru via telepon sama temen dekat, tiba-tiba, “ eh bisa tuh dibuat cerita”, akhirnya gue tulis dibuku.  Saat itu belum menggunakan media elektronik untuk nulis (komputer). Gue bisa nulis sampai berbuku-buku karena saking nggak jelas mau dibawa kemana itu cerita. Ibarat penulis skenario sinetron stripping deh, nggak jelas ujungnya gimana. Lama-lama cerita gantung juga dan gue mulai lelah nulis pakai tangan. Akhirnya menulis pakai komputer. Gue mulai bikin cerita pendek yang udah jelas endingnya mau gimana. Tapi namanya juga gue, bikin cerpen pun kepanjangan.  

 Saat itu juga mencoba masukin naskah ke lomba cerpen, tapi tidak berjodoh. Mirisnya cerpen untuk lomba itu pun hilang karena virus. Terus mencoba menulis sampai punya keinginan bikin novel. Jadi keinginan bikin novel sejak SMA tapi belum kesampaian sampai detik ini.   

Lepas masa SMA, memasuki dunia yang semakin kompleks dan absurd. Kecemplung di psikologi. Memasuki masa kuliah yang awalnya gue nggak tahu bakal seberat ini. Ya di psikologi memang berat dan bakal dibahas di tulisan lain kenapa gue kecemplung.  Memasuki masa kuliah, hobi nulis cerpen mulai berkurang. gue malah bikin satu cerpen untuk beberapa semester. 3 semester hanya menghasilkan 1 sampai 2 cerpen. Kenapa begitu ? karena gue sibuk dnegan tugas yang menggila. Tapi mulai aktif menulis lagi secara intens itu sekitar tahun 2008-2009 gue merubah genre tulisan. Mungkin karena padatnya jadwal dan tidak bisa menulis cerita panjang, akhirnya gue mencoba menulis puisi dan prosa. Prosa semacam cerita yang kepuisisian.  Ide menulis semkain yahud. Gue bisa terinspirasi dari temen gue sendiri, dari friendzone gue (cieeeh si kokoh)  

Dulu waktu jaman sekolah, gue paling tidak bisa menulis puisi atau sajak. Tapi kecemplung di psikologi semkain kompleks, semakin berat hidup gue, dan itu yang membuat gue banyak merenung. Hasil perenungan-perenungan itu menjadi bahan tulisan puisi dan prosa.
Masa kuliah bertemu orang-orang baru, ikut komunitas baru, mengenal orang-orang ispiratif salah duanya temen deket gue yang jadi friendzone (cieeeh minta dibahas banget sih sama si kokoh) dan temen gue yang amat talented di bidang musik (kokoh juga nih eheem), karena dia gue banyak nulis puisi dan prosa berkaitan dengan musik, mungkin bisa dilihat di blog gue beberapa tulisan pasti bertema musik atau menggunakan istilah musik yang dianalogikan dengan kehidupan.  

Karena musik itu juga sempat mendapat ide dan sudah tertulis beberapa cerpen bertema pemusik. Gue semkain cinta dengan musik meskipun gue bukan pemusik. Ya gue hanya penikmat musik.  
Kecemplung di psikologi, masuk peminatan pendidikan membahas seputar anak-anak dan dunia pendidikan, juga menjadi ide menulis. Bicara soal peminatan dan menulis, ini awal tercetusnya pemikiran menulis skripsi tentang anak-anak dan musik. Dari rasa suka itulah gue angkat untuk tulisan ilmiah.  Namun perjalanan menulis ilmiah gue juga terjal banget. Hubungan gue dan pembimbing yang gue harapkan bisa asik karena dia seorang  musisi pun cuma harapan. kita selalu miss understanding sampai gue mau maju sidang pun berasa bergerak sendiri.  Gue mencari mentor seorang teman yang ya cukup lah memahami apa yang ingin gue tulis. Disini saya nekat daftar siding meskipun pembimbing setengah hati merestui tapi akhirnya bisa sidang dan lulus.

Akhirnya gue bisa melewati perjalananan terjal. Lepas lulus, gue tidak mau berhenti menulis. Ada hikmahnya gue kecemplung di psikologi, gue semakin mendapat ide menulis seputar kehidupan dan anak-anak. Gue mencoba membuat cerita anak-anak. Buku-buku teks yang menumpuk di kamar sengaja tidak masuk gerobak tukang loak. Gue berpikir buku ini pasti akan berguna untuk kebutuhan menulis. Ternyata benar. Mencoba menulis certia anak itu tidak mudah, apalagi sekarang gue mencoba menulis cerita dengan tema anak berkebutuhan khusus. Adanya buku-buku itu membantu gue untuk riset dan mencari fakta-fakta seputar anak. Buat gue menulis fiksi juga membutuhkan wawasan dan fakta-fakta pendukung. Tidak hanya modal mengkhayal semata.

Gue  nggak tahu mau berhenti sampai kapan untuk menulis, mungkin tidak.
Gue mensyukuri perjalanan ini, rasa cinta gue sama nulis meskpiun gue harus banyak belajar dalam mengolah kata, kalimat, EYD, editing tulisan. (karena gue terkenal dengan miss typo hohoho)
Perjalanan hidup, bekal ilmu, dan segala minat, menjadi sumber ide dalam menulis. Gue sangat bersyukur hampir 20 tahun gue bisa mengkhayal, merenung, berpikir, dan meluapkan menjadi tulisan. Gue masih punya mimpi melalui dunia tulis ini. Apa ? buku. Ya buku, gue ingin punya buku sendiri. Harapan gue adalah gue bisa  percaya diri dan tidak kemakan rasa takut sehingga gue bisa mencoba apapun untuk mewujudkan mimpi itu.

Jadi mimpinya cuma ingin punya buku sendiri? Oh.. tidak, gue bisa terus mengembangkan diri melalui menulis dan melalui apapun yang bisa lalukan. Tuhan menciptakan gue bukan cuma sebagai sampah, begitu selesai terus dibuang, kan. Gue yakin Tuhan punya sesuatu melalui diri gue, yang seperti ini: yang doyan ngayal, doyan nulis,  kepo ini itu, tukang mikir, kadang sok filosofis, open minded, dan sebagainya. Sekarang gue hanya ingin terus konsisten, fokus, displin, dan berserah.  

20 tahun terus konsisten dengan menulis, tidak mau berhenti belajar, dan tetap menulis.
Gue ingin hidup untuk menulis dan menghidupi hidup melalui menulis,
Semoga Tuhan terus membimbing gue sampai menetas. Amin

 “writing is a way of life, it’s not just something I do, but it’s who I am.”-anonymous
 Yeaah, writing is who I am !  


(26 Mei 2014) 

No comments:

Post a Comment