Entah ini bisa dibilang kecintaan atau
passion atau sekedar hobi belaka.
Tapi jika ditelusuri ke belakang mungkin
hampir mendekati seperempat abad, gue bermain dengan coretan kata.
Ini adalah perjalanan bermain bersama
kata dan media partnernya seperti kertas, pensil, pulpen, bahkan komputer.
Berawal dari suka coret-coret saat gue
sudah mandiri untuk memegang pensil, mengenal huruf, lancar membaca, dan
menulis kalimat sederhana. Sejak TK besar Nyokap sudah mengajari gue baca
tulis. Sehingga saat masuk SD gue sudah lancar membaca dan menulis.
Apa yang gue tulis sejak SD ? pada jaman
itu buku kecil yang sering disapa ‘diary’ sedang booming. Semua anak pasti
punya. Apa sih yang dilakukan anak SD dengan diary? Apa sudah menuliskan keluh
kesah, curhat galau seperti ABG atau orang dewasa ? tidak seberat itu. Kala itu
diary berisi coretan tulisan dari teman-teman sebaya. Mereka saling bertukar
diary menulis biodata. Uniknya pada
jaman itu, setiap teman yang sedang mengisi diary pasti diawali sapaan,
“ hallo, numpang buang tinta ya!”
Kemudian mereka menulis biodata dan
membuat humor. Humor yang ditulis bukanlah lelucon seperti para comedian, tapi
singkatan nama, contoh ratih R= ratih namanya, A = Anaknya manis, T= tikus
binatang yang ditakutinya, I= ikan binatang peliharaannya, H= hantuu takut..
misalnnya begitu. Setelah itu ada yang tidak kalah unik untuk sapaan penutup,
S
A
L
A
Manis
E
L
A
L
Untukmu
Begitualh kitra-kira apa yang tertulis
di diary anak SD pada jaman gue. Apakah sekarang anak-anak SD masih punya diary
dan masih melakukan hal yang sama seperti gue dan teman-teman sekitar 20an
tahun yang lalu?
Masih pada masa SD tapi sudah naik
tingkat. Menuju remaja tapi belum dibilang remaja. Diary mulai digunkan untuk
curhat ala anak SD, bukan seputar permasalahan berat seperti ABG jaman sekarang tapi lebiih cerita
iseng. Gue pun masih menyimpan diary kelas 5 SD. Isisnya masih hal-hal lucu mulai
dari rasa senang ada teman baru yang baru pindah ditengah-tengah cawu (dulu
cawu sekarang semester) atau rasa kesel
dapat nilai jelek. Masalah anak jaman itu masih simple, jika dibandingkan jaman
sekarang.
Masuk masa berikutnya. Mulai masuk masa
remaja. Buku diary berkembang, bukan lagi buku kecil tapi bertansformasi
menjadi binder. Jaman SMP sedang ngehits, yang namanya binder. Binder berisi
kertas yang bolong dibagian pinggir. Dulu kita anak-anak SMP jaman itu
menyebutnya ‘kertas file’ Wujudnya si kertas file tidak selalu kertas putih
bergaris, tapi juga terdapat background gambar lucu. Tren saat itu cewek-cewek
suka tukeran kertas file.
Gue mengikuti tren itu juga. Gue punya
binder berisi beragam kertas file bergamabar. Tapi lama-lama gue bosan dan menggunkanan
binder untuk coret-coret. Coretan
tulisan sudah berkembang tidak seperti jaman SD. Coretan berisi curhat. Nah
disini mulai menuliskan catatan harian, meskipun tidak setiap hari menulis. Apa
yang biasa gue tulis ? luapan rasa. Rasa senang atau sedih atau lagi suka sama
gebetan, dll. Semenjak SMP kan hidup gue udah mulai kompleks tuh. (nggak mau
dibahas karena bakal panjang).
Selain curhatan pribadi, gue si tukang
ngayal mulai mencoba nulis ide-ide cerita fiksi. Gue menulis kadang di binder
tapi juga di buku tulis. So stock buku tulis yang tadinya untuk buku catatan
pelajaran atau PR mungkin bisa habis seketika. Cerita apa yang gue tulis?
Cerita seputar anak sekolah, kehidupan remaja, kisah cinta-cintaan, dan kadang
idenya pun juga dapet dari lingkungan sekolah, mislanya saat gue lagi nulis
tiba-tiba disekolah ada gossip guru A dan B, nah bisa aja tuh isu gue masukin
kedalam cerita gue. Sepanjang kehidupan sekolah masa SMP lah masa gue punya
khayalan gila dan masa badung, tapi nggak badung-bandung amat. Cuma ngeledekin
guru A sama B yang digosipin pacaran, sampai-sampai si guru itu jadi bete
(sorry, pak, eheheh)
Menulis cerita dengan tulis tangan di
buku berlanjut sampai SMA. Masuk SMA makin suka bikin cerita fiksi,. Ada aja
idenya. Saat lagi gossip seru via telepon sama temen dekat, tiba-tiba, “ eh
bisa tuh dibuat cerita”, akhirnya gue tulis dibuku. Saat itu belum menggunakan media elektronik
untuk nulis (komputer). Gue bisa nulis sampai berbuku-buku karena saking nggak
jelas mau dibawa kemana itu cerita. Ibarat penulis skenario sinetron stripping
deh, nggak jelas ujungnya gimana. Lama-lama cerita gantung juga dan gue mulai
lelah nulis pakai tangan. Akhirnya menulis pakai komputer. Gue mulai bikin
cerita pendek yang udah jelas endingnya mau gimana. Tapi namanya juga gue,
bikin cerpen pun kepanjangan.
Saat itu juga mencoba masukin naskah ke lomba
cerpen, tapi tidak berjodoh. Mirisnya cerpen untuk lomba itu pun hilang karena
virus. Terus mencoba menulis sampai punya keinginan bikin novel. Jadi keinginan
bikin novel sejak SMA tapi belum kesampaian sampai detik ini.
Lepas masa SMA, memasuki dunia yang
semakin kompleks dan absurd. Kecemplung di psikologi. Memasuki masa kuliah yang
awalnya gue nggak tahu bakal seberat ini. Ya di psikologi memang berat dan bakal
dibahas di tulisan lain kenapa gue kecemplung. Memasuki masa kuliah, hobi nulis cerpen mulai
berkurang. gue malah bikin satu cerpen untuk beberapa semester. 3 semester
hanya menghasilkan 1 sampai 2 cerpen. Kenapa begitu ? karena gue sibuk dnegan
tugas yang menggila. Tapi mulai aktif menulis lagi secara intens itu sekitar tahun
2008-2009 gue merubah genre tulisan. Mungkin karena padatnya jadwal dan tidak
bisa menulis cerita panjang, akhirnya gue mencoba menulis puisi dan prosa.
Prosa semacam cerita yang kepuisisian. Ide menulis semkain yahud. Gue bisa
terinspirasi dari temen gue sendiri, dari friendzone gue (cieeeh si kokoh)
Dulu waktu jaman sekolah, gue paling
tidak bisa menulis puisi atau sajak. Tapi kecemplung di psikologi semkain
kompleks, semakin berat hidup gue, dan itu yang membuat gue banyak merenung.
Hasil perenungan-perenungan itu menjadi bahan tulisan puisi dan prosa.
Masa kuliah bertemu orang-orang baru, ikut
komunitas baru, mengenal orang-orang ispiratif salah duanya temen deket gue
yang jadi friendzone (cieeeh minta dibahas banget sih sama si kokoh) dan temen
gue yang amat talented di bidang musik (kokoh juga nih eheem), karena dia gue
banyak nulis puisi dan prosa berkaitan dengan musik, mungkin bisa dilihat di
blog gue beberapa tulisan pasti bertema musik atau menggunakan istilah musik
yang dianalogikan dengan kehidupan.
Karena musik itu juga sempat mendapat
ide dan sudah tertulis beberapa cerpen bertema pemusik. Gue semkain cinta dengan
musik meskipun gue bukan pemusik. Ya gue hanya penikmat musik.
Kecemplung di psikologi, masuk peminatan
pendidikan membahas seputar anak-anak dan dunia pendidikan, juga menjadi ide menulis.
Bicara soal peminatan dan menulis, ini awal tercetusnya pemikiran menulis
skripsi tentang anak-anak dan musik. Dari rasa suka itulah gue angkat untuk
tulisan ilmiah. Namun perjalanan menulis
ilmiah gue juga terjal banget. Hubungan gue dan pembimbing yang gue harapkan
bisa asik karena dia seorang musisi pun
cuma harapan. kita selalu miss understanding sampai gue mau maju sidang pun berasa
bergerak sendiri. Gue mencari mentor
seorang teman yang ya cukup lah memahami apa yang ingin gue tulis. Disini saya
nekat daftar siding meskipun pembimbing setengah hati merestui tapi akhirnya
bisa sidang dan lulus.
Akhirnya gue bisa melewati perjalananan terjal.
Lepas lulus, gue tidak mau berhenti menulis. Ada hikmahnya gue kecemplung di
psikologi, gue semakin mendapat ide menulis seputar kehidupan dan anak-anak. Gue
mencoba membuat cerita anak-anak. Buku-buku teks yang menumpuk di kamar sengaja
tidak masuk gerobak tukang loak. Gue berpikir buku ini pasti akan berguna untuk
kebutuhan menulis. Ternyata benar. Mencoba menulis certia anak itu tidak mudah,
apalagi sekarang gue mencoba menulis cerita dengan tema anak berkebutuhan
khusus. Adanya buku-buku itu membantu gue untuk riset dan mencari fakta-fakta
seputar anak. Buat gue menulis fiksi juga membutuhkan wawasan dan fakta-fakta
pendukung. Tidak hanya modal mengkhayal semata.
Gue
nggak tahu mau berhenti sampai kapan untuk menulis, mungkin tidak.
Gue mensyukuri perjalanan ini, rasa
cinta gue sama nulis meskpiun gue harus banyak belajar dalam mengolah kata,
kalimat, EYD, editing tulisan. (karena gue terkenal dengan miss typo hohoho)
Perjalanan hidup, bekal ilmu, dan segala
minat, menjadi sumber ide dalam menulis. Gue sangat bersyukur hampir 20 tahun
gue bisa mengkhayal, merenung, berpikir, dan meluapkan menjadi tulisan. Gue masih
punya mimpi melalui dunia tulis ini. Apa ? buku. Ya buku, gue ingin punya buku
sendiri. Harapan gue adalah gue bisa
percaya diri dan tidak kemakan rasa takut sehingga gue bisa mencoba
apapun untuk mewujudkan mimpi itu.
Jadi mimpinya cuma ingin punya buku
sendiri? Oh.. tidak, gue bisa terus mengembangkan diri melalui menulis dan melalui
apapun yang bisa lalukan. Tuhan menciptakan gue bukan cuma sebagai sampah, begitu
selesai terus dibuang, kan. Gue yakin Tuhan punya sesuatu melalui diri gue,
yang seperti ini: yang doyan ngayal, doyan nulis, kepo ini itu, tukang mikir, kadang sok
filosofis, open minded, dan sebagainya. Sekarang gue hanya ingin terus
konsisten, fokus, displin, dan berserah.
20 tahun terus konsisten dengan menulis,
tidak mau berhenti belajar, dan tetap menulis.
Gue ingin hidup untuk menulis dan
menghidupi hidup melalui menulis,
Semoga Tuhan terus membimbing gue sampai
menetas. Amin
“writing is a way of life, it’s not just
something I do, but it’s who I am.”-anonymous
Yeaah, writing is who I am !
(26 Mei 2014)
No comments:
Post a Comment