Monday, April 12, 2010

Lukisan Awan

LUKISAN AWAN

Dari balik jendela ruang tamu, Alloy memandang keatas dan berkata, “ awannya orange!”. Terdengar perkataannya aku pun beranjak dari tempat dudukku untuk melihatnya bersama alloy, sebelum aku ikut melihat sang awan yang ‘katanya’ berwarna orange itu, aku bertanya, “ masa iya awannya orange?”. Alloy menunjukkan padaku bahwa sang awan terlukis dengan warna orange.

Ternyata benar yang dikatakan Alloy, awan yang terlukis berwarna orange terang namun ada sedikit biru gelap di sisi lain yaitu di ujung sana. Aku bergumam, “ tapi yang di sana tampak gelap?” dibagian lain terdapat awan-awan kecil yang terlukis menggulung seperti anak-anak awan yang sedang berkerumun bersama mama awan dan papa awan. Aku dan alloy masih memandang para awan yang terlukis itu dari balik jendela.

Karena terhalang oleh sang kaca aku pun memutuskan untuk keluar dan melihatnya dari luar. Waahh memang benar awannya berawarna orange kekuning-kuningan, masih tampak sinar si mentari yang bersembunyi dibawahnya. Aku memutar badan ke arah lain, aku pun melihat si anak-anak awan yang tengah berkerumun, menggulung, warna biru cerahnya terlihat di sana. Tetapi di barisan ujung anak awan, warnannya tampak gelap. Orange kekuning-kuningan, biru yang cerah, dan biru gelap tercoret di kanvas besar itu. “ jepret !”, terbidiklah lukisan awan pada senja yang akan berganti malam.

.

Di hari lain…

Kali ini aku terduduk di belakang kursi kemudi mobil. Aku menatap keluar ingin rasanya kaca ini kubuka namun debu jalanan bisa membuatku bersin-bersin nanti. Aku menatap keluar di sisi jalan terhampar tanah yang cukup luas tanpa satu pun bangunan seperti sebuah lapangan, ya itu sebuah lapangan terbang untuk pesawat-pesawat mini berlatih. Aku terus menatap kearah lahan luas itu. Kanvas besar yang terlukis berbagai awan itu dapat jelas kulihat. Sama seperti sebelumnya, Aku melihat awan yang tercoret kemerahan namun masih ada sisa si mentari sehingga rona kuningnya pun masih sayup-sayup terlihat. Tapi aku tercengang kali ini saat melihat di sisi lain. Tergambar seekor kelnci sepreti di film-film kartun, sedang berdiri layaknya manusia berdiri. Tampak telinganya yang panjang terlukis disana. Awan kelinci biru itu membuatku terkagum. Warna biru yang menggelap membentuk postur badan kelinci, seaakan dia bisa berdiri seperti manusia yang sedang berdiri dan hendak berjalan.

Aku kembali dicengangkan oleh lukisan lain pada kanvas besar itu..

Masih sama seperti gambar kelinci biru itu, kali ini aku pun melihat seperti wujud gambar sosok manusia dengan kedua tangannya membuka seperti seorang yang sedang menyambut tamunya datang, sseprti seorang Ayah yang menyambut anak-anaknya pulang, seperti seorang kakek yang sedang menyambut cucunya yang masih kecil berlarian kepelukkannya. Aku berpikir tentang gambar itu, gambar mausia itu seperti lukisan Tuhan Yesus yang terpasang di dinding ruang TV, dengan kedua tangannya terbuka seperti sedang menyambut semua muridnya datang. Dari balik kaca mobil aku masih memperhatikan awan berbetuk manusia itu, warna yang membiru agak cerah. Sejenak aku bergumam, “ hmm.. seperti gambar yang ada dirumah yaa, tangnnya seperti hendak menyambutku”

Mobilku terus melaju sampai akhirnya aku pun melewati lahan luas itu dan tak dapat terlihat lagi gambar-gambar dan warna-warna awan yang terlukis di kanvas besar itu, karena harus berganti dnegan warna awan hitam dengan kilauan benda-benda langit malam…

Aku hanya bisa melukisnya dalam kanvas kecilku

Tetapi Dia bisa melukisnya pada kanvas besar dan membentuk berbagai lukisan awan yang sangat mengagumkan..

Pameran lukisan awan telah kulihat, selanjutnya akan kulihat lagi lukisan-lukisan awan yang tercoret pada kanvas besarNya..

Sungguh Engkaulah Sang Pelukis Awan yang membuatku sangat mengagumi Lukisan Awan ini..


By : me April 5th 2010, 23 : 39


No comments:

Post a Comment