Saturday, March 13, 2010

Bukan Dingeng Sebelum Tidur

Seorang anak dengan tas selempang yang menggantung dibahu kirinya berjalan menyusuri jalanan berkerikil dan berdebu pasir. Dia berjalan sambil menjinjing sebuah buku dongeng yang akan dia bacakan di depan kelas saat pelajaran bercerita.

Kakinya melankah dengan mantap menerjang kerikil, debu pasir, dan mungkin saja kotoran binatang. Dia mnatap berjaan untuk sampai pada sekolahnya yang hampir terlihat oleh matanya tanpa memeprdulikan kerikil, debu pasir ataupun kotoran binatang tersebut. Langkahnya yang kecil dan riang dipenuhi semangat untuk memberikan segala kemampuannya untuk mendongeng.

Di dalam kelas ynag riuh penuh celotehan anak-anak yang saling sibuk dengan bebagai aktivitasnya menunggu sang guru datang dan memulai pelajaran mendongengnya.. seorang anak perempuan dengan rambut diikat menjadi 2 di kanan dan kiri mengeluarkan buku dongeng yang kan dia sampaikan nanti. Dia sejenak membuka buku dongengnya yang berwarna pink muda itu, embuka halaman pertama buku itu dan melihat gambar sebuah rumah besar. Dia tampak mengagumi rumah besar itu.

Seorang anak laki-laki degan bosan menunggu kedatangan sang Guru dengan berjlaan kesana-kemari mengelilingi ruang kelas yang tetap saja riuh, ramai karena celotehan anak-anak lain. dia berjalan menuju ambang pintu kelas dan melihat kearah luar kelas dan tampak takjup ketika sebuah tukang es krim melewati depan sekolahnya. Kemudian dia beranjak kembali berjalan menuju belakang kelas tempat alalt-alat musik ditepatkan pada sebuah rak-rak besar. Dia mengambil sebuah suling dan meniup-niupnyas ehingga terdengar suara suling tanpa ada kejelasan nada. Kemudian dia berpindah menuju depan kelas, mengambil kapur tulis dan mebuat gambar yang dia inginkan, yaitu rumah, mobil, dan es krim sperti es krim yang dia lihat sebelumnya.

Di bagian tengah tampak 2 anak yang saling berebutan pensil untuk membuat sebuah gambar. Sebuah pensil harus menjadi rebutan untuk diguakan menggambaar. Mereka saling tarik-menarik memperebutka pensil tersebut. . tak lama suara langkah sepatu hak tinggi degan suara “ tak..tok..tak..tok..”, terdengar kencang. Seprtinya snag guru akan segera memasuki kelas dan siap mengajarkan pelajaran mendongeng pada anak-anaknya.

Sang guru berada diambang pintu kelas dan menhentikan langkahnya. Suasana kelas masih riuh ramai, bahkan bising oleh celotehan, tiupan suling, dan suara anak yang memperebutkan pensil itu. Sang guru tetapberdiri diambang pintu. Apa yag akan dilakukan sang gurur? Apakah dia akan memarahi anak-anak di dalam kelas itu dengan merubah eaut wajahnya seperti monster-monster yag ada di dalam dongeng??

Tidak ! dia hanya mengetok-ngetokkan hak sepatunya ke lanatai sehingga terdengar kembali suara “ tak.. tok..tak..tok..”

Apakah dia merubah raut wajahnya seperti monster-monster dalam donegng?

Tidak samasekali ! tidak ada edikit pun otot wajahnya yang menekuk seperti monster, dia melempar senyuman pada anak-anak itu ketika anak-anak itu mendnegar suara “ tak..tok..” sepatu sang guru. Sekejap seisi kelas itu tengang kembali seperti tengnya pagi hari disaat semua orang belum dapat membuka matanya untuk beraktivitas kembali.

Kemudian guru itu berjalan menuju mejanya yang ada di adalam kelas dengan membawa sebuah kotak berkuran sedang.

Apa yang dibawa sang guru itu ?? kotak apakah itu ??

Tidak ada raut wajah monster atau suara auman macan yang keluar dari diri sang Guru, dia tetap memberikan senyuman sambil membuka kotak yang dibawanya.

Dia mengeluarkan satu demi satu isi kotak itu tedapat berwarna-warni benda-benda yang dapat digunakan untuk pelajaran mendongeng

Dan pelajaran mendongeng pun dimulai….

Setiap anak bebas menggunakna benda apa asaja dalam kotak itu sesuai dengan apa yang mereka ceritakandan suasana mendongeng pu menjadi penuh keceriaan tanpa ada 1 pun anak yang tertidur karena dongeng-dongeng yang di bacakan.

(By : me 1st march 2010 3:41 am )

Inspired by : adanya harapan suasana keceriaan

No comments:

Post a Comment