Saturday, March 13, 2010

COOL & COLD

COOL&COLD

Seperti remaja pada umumnya, jika libur telah tiba dan tak ada rencana, pasti dihabiskan dengan bermalas-malas. Nah, ini juga dialami oleh Gina, seharian dia habiskan dengan tidur, makan, tidur, makan, dan kembali tidur (fuugghhh…). Libur yang ‘berabad-abad’ tanpa planning apapun membuat dirinya menjadi seperti beruang, hibernasi.. Aktivitas yang bisa membuatnya terhibur di rumah adalah nonton DVD, nonton TV(infotainment, ckckck!!), menghabiskan kacang setoples, menghabiskan 1 kantong keripik singkong pedas, lalu menghabiskan daya listrik untuk browsing internet..



Suatu hari, suatu hari kayak dongeng aja ! kabar menggemparkan datang ke rumah Gina. Ya sebenarnya ga menggemparkan juga, kabar baik-baik saja lah !. Saudara Gina yang datang dari Aussy akan datang, tepatnya Pakde, Bude, dan kakak sepupunya yang sudah lama tidak bertemu dengan keluarga Gina.

Gin, besok kamu tolong jemput Pakde Bambang sama Bude Ninik ya, mama ga bisa ada meeting!”, suruh Mamanya Gina. “ Mau ke sini, tumben amat, kan mereka sibuk banget di aussy !”, tanya Gina. “ Mumpung liburan !”, jawab Mama. “ ngapain coba, balik kan enakan liburan disana, aku aja pengen liburan kesana !”, ujar Gina sambil terus mengambil popcorn dari toples.

Pagi-pagi buta Mamanya Gina sudah ready go to office (gaya banget nih penulisnya! ), tapi hal itu membuat Gina bete, karena dia pun juga harus bangun pagi-pagi juga, lho kenapa??? “ Gin, Gin, jangan lupa jemput Pakde sama Bude ya!”, sururh Mamanya sambil membangunkan Gina. “ Gin, pesawatnya landing jam 9.00 lho, jangan sampe telat, kasian nunggunya !”, suruh Mamanya lagi. “ Gin, Gin !!”, Mamanya berusaha membagunkan Gina supaya dia bisa mendengar apa yang Mamanya sampaikan barusan. Dengan wajah kucel disertai tetesan ilernya dibantal, dan kotoran mata yang masih menempel, Gina berusaha untuk sadar dari mimpinya namun betapa malasnya sehingga dia hanya mengucapkan, “ Hm.. hm..hm..”. “ Jangan lupa ya, mama berangkat !”, ujar mamanya dan segera meluncur ke kantor. Sementara Gina masih dalam keadan sadar ga sadar dari tidurnya.

Ternyata sang Mama cerdik juga, dia menuliskan pesan untuk Gina tentang penjemputan Pakde Budenya di beberapa lembar post it. Beberapa post it itu ditempelnya di beberapa tempat yang sering Gina singgahi di kamarnya, maupun diluar kamarnya. (termasuk di TV, karena Mamanya tahu bahwa setelah Gina keluar dari kamar dia segera menuju ke depan TV.) Pesan itu juga dititpkannya ke si mbok yang sudah sejak pagi menyiapkan sarapan dan kawan-kawannya.

Aduh, males banget sih, kenapa ga sore aja pesawatnya, pagi-pagi tuh orang masih tidur !”, keluhnya sambil mengucek-ngucek matanya yang penuh ‘belek’ ( ups! Sori, maksudnya kotoran mata ! v_^). Dan dia pun dikejutkan dengan jam wekernya yang menunjukkan pukul 8.15, yang semestinya dia sudah harus berangkat ke bandara. “ Haahh.. mampus gue, mana nyampe setengah jam ke bandara, mana macet lagi, orang kerja pada keluar !”, ujarnya sebal dan dia segera beranjak dari singgasananya untuk bersiap-siap.

Semua serba buru-buru, mulai dari mandi yang hanya 3 kali guyur, lupa sikat gigi, memakai CD(u know kan CD apaan!) terbalik tapi akhirnya dia betulkan juga ( lho kok bisa), sampai salah mengambil kunci mobil ( yang dia ambil adalah kunci motor )

Secepat Michael Schummacer, Gina segera melajukan mobilnya menuju bandara. Ternyata perjalanannya itu tidaklah mulus, dia harus berurusan sama kucing nakal yang menyeberang sembarangan ( ga mungkin kan kucing menyebrang nengok kanan-kiri dulu!) , macet lampu merah karena kerusakan si traffic lamp, traffic lamp-nya tidak segera kuning atau hijau. Sementara jam tangan Gina telah menunjukkan pukul 8.45. “ Ah.. rese banget nih, lampu ijonya lama banget sih, buset udah 20 menit nih!”, omelnya.

Setelah Gina melalui segala rintangan perjalanan akhirnya dia sampai juga di bandara. Tapi dia tidak tahu terminal berapa sang Pakde dan Budenya datang. Untung ada pak satpam yang ganteng nan baik hati memberitahukannya. Dia langsung menuju tempat penjemputan tersebut. Dan pukul 9.15 terlihat di jam tangannya. Dengan terenagh-engah (padahal ga habis lari lho?!) dia mencari keberadaan Pakde dan Budenya sambil celingak-celinguk. Ternyata pesawat dari aussy mengalami keterlambatan. Gina pun harus menunggu. “ resek banget sih, gue udah buru-buru, gue kira telat eh malah tuh pesawat yang telat, mending telat semenit dua menit, ini lama banget !!”, gerutu Gina.Menunggu semenit dua menit bisa dimaklumi, tapi Gina harus menunggu 15 menit kedatangan Pakde dan Budenya.

Orang yang ditunggunya akhirnya datang. Gina yang lupa-lupa inget hanya tersenyum saja ketika mereka sudah berda bersama Gina. “ Gin, apa kabar, sama siapa?”, tanya Pakde Bambang. “ Sendiri.”, jawabnya. “ Gin, udah lama ya ga ketemu, inget ga?”, tanya Bude Ninik sambil menunjuk kearah sosok cowok yang ada disebelah Bude Ninik. Gina agak termangu ( waduh, apa lagi tuh termangu, terkesima kali!)melihat si cowok tinggi semampai (bukan semeter tak sampai lho! Ya memang tinggi ya seperti Nicholas Saputra lah !). “ Eeee...”, sepertinya Gina bingung atau... untung saja dia bisa kembali sadar. “ Hm, kita langsung ke mobil aja yuk “, ajak Gina sambil membantu Bude Ninik membawa tentengan.

Wah, sekarang kamu udah jago ya nyetirnya, udah berani sekarang “, puji Bude Ninik. Gina yang sedang mengemudi mobil Papanya hanya tersenyum. Dan konsentrasinya agak terganggu oleh orang disebelahnya yang tak lain dan tak bukan anak dari Bude Ninik dan Pakde Bambang. Kenapa terganggu?dia masih terkesima kepada orang itu?waduh Gina sepupu sendiri diembat nih! Weits tunggu dulu bukan itu perkaranya (perkara! Emang mau sidang cerai kayak selebritis-selebritis itu!) “ Ehm..Mas, tasnya tolong turunin dikir dong, spionnya ga kelihatan?!”, ujar Gina kepada si Mas itu karena bawaannya menutupi pandangan Gina ke kaca spion. “ Pakde, Bude, mau langsung ke rumah atau mau kemana dulu nih ?”, tanya Gina. “ Emang mau kemana, kamu mau ngajak Pakde jalan-jalan?”, goda Pakde. “ langsung ke rumah aja, kan belum ketemu sama Mama papamu”, jawab Bude. “ Papa mah lagi tugas ke ambon, mama baru pulangnya sore, jadi mau langsung pulang aja nih ?”, Gina kembali memberikan tawarannya. “ Bim, gimana, mau langsung atau mau muter-muter dulu?”, tanya Si Bude ke cowok yang ada disebelah Gina ( ternyata namanya Bimo!) “ terserah !”, jawaban yang simpel, singkat, namun ga jelas. Akhirnya diputuskan juga, mereka langsung menuju rumah Gina.

Karena seharian berkelana ke dunia luar yang penuh polusi, Gina terkapar di kamarnya. Dan dia membiarkan tamunya santai sendiri. “ Aduh, capek banget !! coba si Ochan pulang pasti dia nih yang jadi supir bukannya gue !”, omelnya sendiri. “ Mas Bimo, agak beda, dulu biasa aja cupu malah, sekarang kayaknya makin OK deh, tapi tetep aja kayak kulkas, nurun darimana coba, Ibunya welcome sama orang bapaknya juga, nah kok anaknya kayak gitu, nurun gennya siapa tuh !”, pikir Gina. Pintu kamarnya diketok oleh si mbok. “ Mbak Gina, mama telepon..”, seru si mbok dari balik pintu kamar yang tertutup. “ Iya aku angkat dikamar, tutup aja mbok !”,jawab Gina. Dia berbincang-bincang dengan sang Mama ternyata dia disuruh menjemput mamnya nanti sore karena mobil mamanya terpaksa masuk bengkel. “ Ah, mama nih, naik taksi aja kek?”, bantah Gina. “ Naik taksi..naik taksi.., ga pokoknya kamu jemput mama!”.



Pakdenya dan Budenya sedang berbincang-bincang dengan sang Mama. Biasalah sudah lama tak bersua jadi bercerita-cerita panjang lebar. Sementara Mas Bimo, sepupunya itu hanya berdiam diri didepan laptopnya untuk mengetik dokumen tertentu. Gina yang baru saja keluar dari kamarnya sesekali melihat mereka terutama sepupunya itu. Karena Bimo tampak sendirian dia berusaha untuk mendekatinya dan berusaha bercengkerama dengannya. “ Mas, ngapain?”, tanya Gina. ‘krik...krik...krik..krik..’ …not answer… “ Mas, lagi ngapain sih?”, tanya gIna lagi. Sekarang ada perubahan, “ Nih..”, jawabnya singkat namun ga jelas. “ Ngetik apaan??”, tanya Gina sekali lagi. “ Kerjaan.”, jawabnya yang kembali singkat namun ga jelas. “ Emang Mas Bimo kerja juga, kerja apaan, bukannya Mas Bimo kuliah?”, tanya Gina yang sepertinya belum bosan dengan situasi seperti itu. “ kerjaan kuliah”. “ O..tugas, kok kerjaan, makanya aku bingung, emang sekarang semester berapa sih ?”, tanya gina yang tak bosan-bosan. Kali ini Gina bisa dibuatnya sebal, ya iyalah, habis ditanya demikian Mas Bimo malah pergi ke kamarnya. “ ye… malah pergi, ditanyain juga, dasar sombong banget sih !”, pikirnya sebal.



Mungkin tingkat kebosanan Gina pada liburannya kali ini sudah meningkat, jadi dia mengundang sahabatnya Shina untuk berkunjung kerumahnya, ya sekalian dikenalkan dengan kaka sepupunya itu. “ Gin, mana sepupu lu yang mau dikenalin ke gue, katanya ganteng ?”, tanya Shina dengan nada toak. “ Ssst, ga usah toak kek, tenang aja orangnya belum balik kok, yuk masuk !”, ajak Gina. Mereka langsung menuju ruang TV untuk memutar DVD film lain yang baru mereka pinjam dari rental. “ Gin, mana orangnya lu ngibul ya?”, tanya Shina penasaran. “ Cerewet lu, ntar dia juga keluar dari kamar, tenang aja kek !”, ujar Gina sambil mengutak-atik DVD playernya. Gina agak dibuat heran dengan keadaan rumah yang kali ini benar-benar sepi. “ Mbok pada kemana sih, kok sepi banget?”, tanya Gina. “ Lho, mbak Gina ga tahu Pakde Bude, sama Mama kan jemput Papa di Bnadara, papa kan pulang hari ini bareng mas Ocan juga1”, ujar si mbok. “ Yes, akhirnya Ochan pulang gue ga bakal jadi supir nyokap lagi, trus Mas Bimo kemana, ikut juga”, ujar Gina yang dari senengnya berubag menjadi agak pelan. “ mas Bimo tadi keluar sebentar, nyari rokok, nah itu dia>’, jawab si mbok. Gina dan Shina sudah siap menonton DVD yang mereka pinjam. Sambil mengambil cemilan di dapur tanpa sengaja Gina nyaris bertabrakan dengan Bimo (aduh, klasik banget sih, kayak sinetron-sinetron aja pake tabrakan!) hal itu membuat Gina agak ‘tengsin’ tapi masih bisa dimanipulasi alias ditutupi. Gina belagak sok asik aja, “ Lho, Mas darimana?”, tanya Gina. “ Nih!”, Bimo hanya menunjukkan rokok yang barua dia beli. “ Beli rokok, kenapa ga nyuruh si mbok aja, ntar nyasar aja.”, ujar Gina. He just smiled her. Gina tersentak atas hal itu. Seakan-akan dia baru melihat Bimo bisa tersenyum. “ haaaah… ….”, Gina Cuma cengok melihatnya. “ Ke kamar dulu ya.”, ujar Bimo singkat dan dia segera menuju kamarnya. Sementara Gina menuju ruang TV untuk memberitahukan kepada Shina atas apa yang telah dia alami barusan. “ Gin, jangan gila lu, katanya dia mau dikenalin sama gue, malah lu yang terkesima, jangan bilang lu suka lagi?”, duga Shina. “ Ternyata dia bisa smiled juga mana OK banget lagi pas dia gitu, lug a liat sih !”, ujar Gina berbisik. “ Eh, ntar dia denger geer lagi”, ujar Shina. “ udah panggil, kalo gue mau kenalan!”, suruh Shina. “ Lu tuh yang gila, orang kayak dia tuh susahnya minta ampun gue aja bagus ngobrol sama dia, gue Cuma ngomong sepatah doang, ganteng sih, OK sih, tapi, kulkas bo!”, jawab Gina.



Kembali lagi Gina merasa kesal karena harus dibangunkan pagi-pagi buta oleh Mamanya. Pagi-pagi buta bagi Gina ya jam 7.00 sampai jam 9.00, haa??? Ya betull sekali, kalau jam 4.00 sampai 6.00 pagi dianggapnya masih malam, waduh aneh !. forget it! Back to story,Gina hrus mengantar Pakdenya ke Bandara, beliau harus segera terbang kembali ke Aussy karena ada urusan mendadak. “ ma..sih.. ngantuk nih..”, ucapnya dalam keadan sadar ga sadar dari tidurnya. “ Ayo dong, Gin, kasian tuh Pakde mesti Buru-buru, gin,gin…”, Mamanya terus berusaha membangunkan Gina. “ Gin, buruan dong, habis nganterin kamu mau tidur seharian boleh deh, ayo dong Gin, Mama ga bisa nganter, ada urusan juga…”, ternyata Mamanya Gina pantang menyerah membangunkan kerbau betina ini (kasihan amat, gina disamain kerbau. Ya karena tidurnya kayak kerbau!). “ Ah, Mama nih suruh Ochan aja kek, ngantuk nih, baru tidur 3 jam…”, ujarnya sambil menutupi badannya dengan selimut. Tiba-tiba Bude Ninik menghampiri mereka, “ Udah ga usah, biar naik taksi aja.”, ujar Bude Ninik agak ga enak. “ Mbak, Bimo bisa nyetir kan, Gimana kalo Bimo yang nyetir Gina yang nunjukin jalan, kan beres tuh, kalo nunggu taksi juga lama.”, usul Mamnya Gina. “ O..ya udah.”, jawab Bude sambil tersenyum. “ Gin, kamu yang nunjukin jalannya aja biar Mas Bimo yang bawa mobil, buruan temenin Mas Bimo, ntar Pakde ketinggalan pesawat, ayo buruan!”, paksa Mamanya sambil membuka selimut Gina. Mau tidak mau Gina bangun juga dan segera bersiap-siap.

Mereka pun segera berangkat menuju bandara. Ditengah perjalanan Gina tidak sanggup menahan rasa ngantuknya, tapi dia berusaha supaya tidak tidur dengan mendengarkan MP3nya. “ Gin, sori lo jadi ngerepotin kamu nih, habis urusannya juga mendadak.”, jelas Pakde. ‘krik..krik..krik..’ saking asiknya mendengarkan lagu-lagu di MP3nya, omongan sang Pakde tak digubrisnya. “ Gin, kok diem to kamu tidur apa ngambek?”, tanya Pakde. “ Lagi denger MP3, ga denger.”, ujar Bimo sambil terus mengemudikan mobil. Sepertinya Bimo mulai bingung harus berjalan kearah mana. “ Gin, belok mana lagi?”, tanya Bimo. ‘krik…krik…krik…’ MP3 membuat Gina menjadi bolot. Si Mas itu pun cukup smart, dia segera menarik headset dari telinga Gina supaya pendengarannya kembali normal. (emang dia bener-bener bolot apa?!). Gina pun ‘terkejut’(ckckck!)” Kenapa Mas?”, tanyannya. “ Belok mana lagi.”, tanya Bimo. “ terus aja sampe lampu merah belok kirik, langsung masuk tol, ada papan arahnya kok.”, jelas Gina.

Tibanya di bandara, mereka segera mengantar Pakde ke terminal tujuan. Barang bawaannya pun tidak banyak sehingga mereka tidak terlalu repot membawanya. Sehabis itu mereka pun segera pulang. Bimo tetap menjadi driver saat itu. Sementara Gina yang masih mengantuk tetap staytune dengan mp3nya. Tetapi Gina pun merasa bosan juga dengan lantunan lagu-lagu di mp3nya, mungkin karena rasa ngantuknya mulai tak terbendung lagi. (terbendung!emang banjir mesti dibendung!). ‘krik...krik...krik...’ suasana sepi membuatnya bosan juga. Padahal radio pun sudah mengoceh sejak tadi. “ buset, nih orang atau es batu sih, kagak ada basa-basinya, masa gue mulu yang ngerocos duluan!”, pikir Gina. “ Mending gue tidur aja biar sepi sekalian, biarin aja nyasar!”, pikirnya lagi. “ Mas, aku tidur dulu ya, baru tidur 3 jam nih, ngantuk banget.”, pinta Gina. Cowok cuek itu hanya menjawab “ Hm..”. Gina jadi sebal sendiri, “ Ye, bisanya ngomong hm..ha..nih..tuh.. iya..ga.. ga bisa ngomong apa nih orang, ganteng-ganteng kok kayak gitu, mana ada cewek yang nyangkut, kalo gue bukan saudara lu, gue juga ga bakal bisa nyangkut walaupun gue suka sama lu !”, pikiran Gina semakin ngacogara-gara tidur 3 jam. Dan akhirnya gina bener-bener tidur ‘ZZzzz….’

Setelah sekian menit, sekian jam dia tertidur pulas, Gina pun terbangun juga dan dia masih berada di ‘mobil es krim’ dengan tukang es dari kutub. Gina tampak bingung kenapa mereka belum sampai juga. “ Mas, kok belum nyampe juga sih, Mas Bimo masih inget jalan yang tadi kan?”, tanya Gina bingung. “ Tahu.”. “ Ga salah nih, jangan-jangan salah jalan lagi!”, pikir Gina. “ Mas Bimo ga salah jalan kan?”, tanyanya lagi. “ Ga.”.. suara nada sms terdenagr dari HP sang driver, sori maksudnya Mas Bimo. Dia pun segera mengambil Hpnya yang berada dikantong celana dan segera membacanya. Nah karena hal sepele ini bisa menjadi kasus kecelakaan lalu lintas. Hal ini terjadi pada mereka. Karena Mas Bimo harus berkonsentrasi dua arah, nyetir dan membaca sms mobil itu hampir menabrak angkot tapi untungnya Mas Bimo cukup lihai, dia segera menginjak pedal rem dan terjadi pengereman mendadak. “ JDUUUKK!!”, Gina yang menjadi korban. Karena pengereman mendadak itu, kepalanya harus terbentur dashboard. Benturannya tidak cukup pelan alias lumayan keras sehingga membuat Gina yang sedang ngantuk berat menjadi pusing berat, pucat pasi, lemas, lunglai, nyaris pingsan. (masa sih !). karena hal itu terjadi perubahan tak terduga dari Bimo. Dari tampang dan sikapnya yang cool, dia bisa khawatir. “ga pa-pa kan?”, tanya Bimo sambil memegang kepala Gina dengan hati-hati (waduh, ga pa-pa gimana to mas kebentur nyaris pingsan kok dibilang ndak pa-pa??!)Gina tampak benar-benar lemas. Dia tidak hanya shocked tapi juga merasakan nyut-nyutan dikepalanya. Bimo sebenarnya juga shocked tetapi berusaha staycool. “ Ck..duh...”, ucap Gina lirih. “I’m so sorry,”, ucapnya lagi. Gina agak kesal dengan kejadian itu. “Kepala benjut kayak gini bilang ga pa-pa! mana bisanya ngomong sori lagi, diapain kek biar gue ga puyeng, tetep aja stay cool kayak ga punya dosa, dasar aneh !!”, pikir Gina kesal. “ Mas kalo capek gantian aja, daripada tamabah gawat!”, ujar Gina yang sebenarnya agak menyindir. “ Ga kok, sori ya.” “ errrrggghhh…jangan bisanya ngomong sori coy, kepala gue nih mau pecah tau ga, bisanya ngomong sori ya..sori ya..”, pikir Gina kesal sambil terus mengelus kepalanya yang sakit. Tetapi Gina kembali dibuat shocked oleh sepupunya itu, “Klinik disekitar sini ada ?”, tanya Bimo. Karena terbentur agak keras Gina jadi agak lemot, “ Klinik? Mau ngapain, mas Bimo mules-mules jadi butuh klinik, mending beli obat sakit perut aja!”, ujar Gina sok tahu. Bimo hanya memegang kepalanya dengan maksud memberitahukan Gina untuk mengobati kepalanya, tapi Gina belum mengerti juga, “Emang kepala mas Bimo juga nyut-nyutan?”. “ Your head.”, jawabnya. Gina baru nyambung atas kode-kode rahasia yang dimaksud. “ Ngomong gitu doang aja males, emang ngomong bayar apa, lu kira ditelepon ngomong bayar! Tapi mas Bimo Ok juga cuek-cuek kayak gitu care juga sama gue hehe!”, pikirnya “ ga usah langsung pulang aja!” jawab Gina sok kuat. “ Ya udah kamu tidur biar ga pusing.”. Bimo pun segera menjalankan mobilnya kembali dengan lebih hati-hati. Sementara Gina masih was-was takut terjadi hal-hal tadi.

Shina yang diceritakan kejadian sepulang dari bandara itu kaget buakn main ‘Terkejut!’ dia tidak percaya atas kejadian tersebut. “ Gin, jangan ngibul lu, ga mungkin deh orang kulkas kayak dia jadi gitu, temen gue juga ada tuh kayak gitu tetep aja stay cool waktu motornya ngungsep di kali, nyokabnya udah bonyok-bonyok !”, Shina membantah cerita Gina. “ Lu ga ngeliat, ga nerasin sih, kepala gue tau-tau dielus-elus, kaget kan gue, tumben amat gitu!”, ujar Gina. “ Eh, jangan bilang lu mulai suka ya sama dia, inget woy, eling..eling..dia Siapa lu Siapa, mending buat gue, hehehe!!”, ujar Shina. “ tapi makasih deh Gin, gue juga ogah dikenalin sama cowok ganteng dari kutub, makan ati tau !!”, tambah Shina. “ Ngeroocs aja lu, udah deh kalo ga percaya ya udah, lagian Siapa yang suka, dia kan sepupu gue, ga mungkin lah, bisa gawat !”, jawab Gina. “ Eh, lu ga nengokin gue, ada DVD baru nih, mau nonton ga, kesini lu !”, suruh Gina. “ Besok sampe hari minggu gue mau ke Bandung, berlibur coy, ngapain dirumah bareng es batu berjalan lagi !”, ledek Shina. Akhirnya obrolan mereka terputus karena sang baterai mulai drop. Gina yang masih puyeng gara-gara accident itu kembali hibernasi seperti beruang kutub. (suka banget sih sama yang dingin-dingin, ya kutub lah, ya es krim lah, ya es batu lah, jangan-jangan suka sama orang kutub ya???pertanyaan ini ditujuakan kepada siapa ya?)



Seminggu pertama liburan membuat Gina bosan. Gina tidak bisa merasakan liburan yang sebenarnya. Malah banyak tugas yang dihadapkannya. Lepas dari ujian dia masuk kedunia liburan yang basi. Kali ini Gina harus menemani sang kakak dan sepupunya ke toko buku. “ Gue kan udah lama juga ga pulang, jadi lu mesti nemenin gue nyari referensi kuliah gue !”, paksa Ochan. “ ke toko buku maksud lu?ga ada tempat yang enak apa yang bisa ditongkrongin selain ditoko buku, gue nih udah empet sama buku!”, ujar Gina. “ Sama mas Bimo aja, “, tambah Gina.. Gina yang semula tidak mau menjadi semangat saat diiming-imingi taktiran. Gina, Ochan , dan Bimo go to bookstore. Gina Cuma tertarik di bagian novel, terutama novel-novel best seller. “ Apaan sih yang dicari, pasti buku-buku segede gaban deh, ih..serem amat sih!”, pikirnya. “ Loh, Mas Bimo mana, Si Ochan udah ke kasir?”, Gina tampak bingung mencari sang sepupu sambil celingukan kekanan kekiri kedepan kebelakang. “ Aduh si kulkas mana sih, lama amat, dia nyari buku atau baju sih, doyan banget sama buku!”, ujarnya. “ Ngaco lu, coba lu cari kedalem”, suruh Ochan. Gina pun kembali amsuk ke toko buku itudan mencari sang sepupu tercinta.

Gina senang akhirnya dia menemukan kakak sepupunya diantara buku-buku tekhnik yang tidak dia mengerti. Dia menghampirinya untuk menanyakan apakah sudah selesai atau belum. “ Mas Bimo udah belum?”, pertanyaan Gina tidak digubrisnya. Bimo terus membaca dan membuka-buka buku ditangannya. Gina tidak lagi bertanya tapi justru menunggunya disitu supaya Bimo sadar bahwa dirinya ditunggu. Tidak tahu kenapa, Gina memperhatikan sosok Bimo disampingnya itu. Matanya tidak lepas dari objek yang ada disampingnya itu. Sosok yang serius, tampan, pintar, membuat penasaran. Gina menjadi terkesima dan tanpa sadar Bimo pun melihatnya dengan heran, “ Ngapain?”, pertanyaan tidak digubris. Gina masih dalam pengamatannya. Bimo akhirnya menepuk lengan Gina dan Gina tersadar dari keterkagumannya. “ eeuu.....udah nyari bukunya?”, tanya Gina lagi. Bimo hanya mengangguk.

Malam itu Gina tidak merasakan nagntuk berat padahal siangnya dia beraktivitas di luar. Gina seperti tidak biasanya. “ Apa karena terlalu smart jadi cool gitu? Atau teralalu cool jadi smart, gue ga ngerti deh sama mas Bimo, apa ada cewek yang mau, eh cewek yang mau pasti banyak, pacarnya dia kayak apa ya apa jangan-jangan sama-sama cool lagi, idih basi banget tuh pacarannya diem-diem aja, ngomongnya Cuma, ‘ya...’, ‘ga...’, ‘hm..’, geleng-geleng, manggut-manggut, pacaran? Kalo dia udah pacaran gimana dia nembak ceweknya, ngomong sekata doang !”, pikir Gina sehingga membuatnya tidak bisa tidur. “ Kalo ceweknya sama-sama cool, ngerayain jadiannya gimana, ngucapin vals day gimana, berarti ga ada dong saling telepon-teleponan, sebenernya dia tuh udah punya cewek belum sih, atau jangan-jangan belum punya cewek gara-gara kecoolannya itu?”, pikirannya semakin kacau. Gina juga mulai mebayangkan yang aneh-aneh karena sikap penasarannya pada sosok Bimo. “ Gue jadi penasaran sama tuh orang, kalo dia suka sama cewek gimana ya, kalo gue kenalin sama Shina takutnya malah kacau, yang satu beku banget, yang satu kayak burung beo, berisik..........”, pikirannya yang mulai menjurus ke alam fantasinya, “ Mas, besok aku temenin ke toko buah soalnya besok aku mau nengokin oma, besok sekalian bareng aku ya nengokin oma, aku kenalin deh sama sepupu-sepupu aku yang lain kalo pacar akau ganteng, pinter lagi, ok, bisa kan besok, jangan sampe telat ya, jam 3 kita berangkat takutnya macet orang kerja pulang!”. “ hm...”. itulah segelintir fantasi Gina tentang Bimo jika Bimo punya cewek yang bertolak belakang dengan dirinya, jauh lebih berisik dari burung beo atau ibu-ibu di pasar induk.

Gina masih penasaran dengan sosok Bimo. Sembari dia menonton DVD yang telah disewa, dia masih memikirkan hal itu. Dan tumben sekali Ochan dan Bimo turut menonton, biasanya mereka berdua sibuk dengan urusan masing-masing, apalagi Bimo, setia didepan laptopnya. “, Gin, Lu beli semua tuh DVD, banyak duit lu?”, tanya Ochan. Gina sok ga menggubris, ceritanya meniru sikap Bimo nih! “ Gin, bolot lu!”. “ Hm..”, jawab Gina Singkat, seperti jawaban Bimo jika ditanya. “Hm.. jawaban simple tapi ga jelas, ya itulah mas Bimo, ganteng-ganteng tapi kulkas !”, pikir Gina sembari melihat flm.



Setelah seminggu lebih di rumah Gina, Bimo lama-kelamaan mulai bisa mengakrabkan diri. Dia jauh lebih akrab dengan Ochan, karena sama-sama Cowok dan sebaya. Dengan Papa Mamanya Gina dapat dikatakan baik, tapi kalau dengan Gina agak lumayan, bisa ga bisa iya (???). Gina masih saja penasaran dengan Bimo. “ Coba gue bisa deket sama dia gue bisa tahu kayak apa dia lebih dalam, tapi ada ‘progress’ juga ga se cool waktu pertama dateng!”, pikir Gina. “ Nah, besok mending berenang bareng aja,siapa tahu dia bisa lebih enjoy sama gue so ketahuan deh kayak apa belangnya ha..ha..ha..ha..!!”, melepaskan kepenatan liburan menemukan titik terang.

Ternyata yang dipikirkan Gina ga meleset mereka bertiga setuju untuk pergi berenang. Semuanya telah disiapkan. Dengan modal merayu sang Papa, mobilnya dipinjamkan pun berhasil, walaupun dengan syarat-syarat konyol. “ Iya,aku sekarang nganterin Papa dulu ke kantor trus baru deh kita berenang, iya kan Chan?”, ujar Gina. “ Chan!Chan! emang gue sinchan, tuh Pa ga sopan sama kakaknya manggilnya chan..chan..cahn..chan..Mas Ochan, gitu!”, mereka seperti kembali kemasa kecil dulu saling tuduh menuduh konyol. Mamanya, Bude Ninik, dan Bimo hanya tersenyum sambil tertawa kecil.

Cara jitu Gina mengajak Bimo berenang cukup ampuh, dia jadi tidak canggung dan tidak secuek waktu datang kerumah. Dia bisa juga seru-seruan. Kok kayak anak autis aja ya dikasih terapi lumba-lumba(berenang bareng lumba-lumba) bisa sedikit lebih baik. Apa jangan-jangan Bimo autis, ah ga dijadiin kasus di cerita ini, takut keberatan! Back to story> Gina mencoba lebih mengakrabkan diri dengan Bimo supaya bisa tahu dibalik kecuekan alias ke-cool-annya yang seperti es batu, mending es krim ada manis-manisnya. (???).

Gin, gue keatas dulu ya !”, ujar Ochan yang mulai capek. “ Gina tetap menikmati suasana kolam renang yang tidak begitu ramai, padahal saat itu sedang liburan sekolah, mestinya dipadati pengunjung. “ Ochan mana?”, tanya Bimo. “ haus, dia ga kuat lama-lama dikolam, maklum kambing “, jawabnya asal dan kembali mencoba-coba aneka gaya berenang buatannya sendiri. Bimo cukup terhibur atas celotehan adik sepupunya barusan. “ Mas, balapan dari sini ke ujung situ, berani ga?”, tantang Gina. “ Ayo,.”, jawab Bimo. Benar-benar terlihat perubahannya, jika dibandingnya hari-hari awal kedatangannya. Gina mencuri start. Dia melesat seperti pesut, ya tidak secepat pesut sih dan disusul Bimo. Ternyata Bimo berbalik arah lagi karena dia sudah kalah. . Tanpa disadari Gina sudah berada diarea kolam dalam (lantai kolamnya dibuat miring, semkin lama semakin dalam). Tiba-tiba Gina mengalami kesulitan dan nyaris tenggelam. Dia berusaha berenang supaya tidak tenggelam. Napas Gina menjadi tidak teratur sehingga dia mengalami kesulitan berenang. Seorang cewek yang kebetulan sedang berjalan melewati kolam itu melihat Gina yang nyaris tenggelam. Dan dengan paniknya dia berteriak minta tolong bahwa ada yang tenggelam. Semua orang jadi memusatkan perhatian paada Gina. Bimo yang awalnya tidak ‘ngeh’ akhirnya berenang menuju tempat Gina dengan kecepatan hiu pembunuh yang akan memangsa singa laut. Dia segera menolong adik sepupunya yang mengalami kesulitan bernapas karena air sudah masuk kedalam mulutnya. Bimo pun mengendong adik sepupunya untuk naik kepermukaan dan memeriksa keadaan Gina. Dua kali Gina nyaris celaka saat bersama Bimo, apa maksudnya ya? Tidak ada maksud, dan tidak ada makna apapun dari dua hal tersebut. Setelah Gina sadar, dia menuntun Gina ke tempat duduk mereka. Ochan yang melhat keadaan Adiknya juga ikut kaget. Namun semua kembali tenang ketika Gina sudah tidak shocked. (aduh..aduh..gampang shocked juga ya Gina, hati-hati loh, neurotic tingkat tinggi bisa jadi ‘miring’ !). mereka pun segera menyudahi acara berenag itu, disebabkan pula karena Gina yang nyaris tenggelam, bisa dikatakan tindakan ‘antisisapi’ (Antisipasi!).



Liburan Gina sepertinya memang tidak dirancang untuk hal-hal hura-hura, tapi bete, bosan, dan penuh kepenatan, ditambah badannya yang meriang atau bahasa kerennya demam, membuatnya tidak bisa berkelana ke dunia luar. Ditengah keadaanya yang sedang sakit, dia terpaksa ditinggal warga rumahnya. Si mbok tiba-tiba cuti 5 hari untuk menengok anaknya yang sakit, sementara Papapnya kerja, Mamamnya bersama Budenya menengok saudara yang tiba-tiba masuk rumah sakit, Ochan sang Kakak sibuk dengan rencana reuni akbar SMAnya. Dia terpaksa berdiam di rumah nan sepi. Dia hanya ditemani sang kakak sepupu, Bimo. Agak berat juga sakit sendirian tanpa ada yang mengayomi (aduh bahasanya makin berat!) Meski dalam kondisi demam, Gina tidak mau terlewat film favoritnya. Dia sudah siap duduk didepan TV untuk menonton filmnya. Tiba-tiba Bimo duduk disampingnya dan meletakkan semangkok sup hangat. “ Gile, sekarang makin progress aja Mas Bimo, sakit dibikini sup, kemarin hampir tenggelem ditolongin, dibalik kecuekkanya, care juga ! bikin cewek kagum, ya gue salah satunya, , bisa suka nih gue.?! “, pikirnya sambil melirik kearah sup itu dan Bimo. “ Thanks ya mas, jadi ngerepotin?!”, Gina sampai terkesima nih!. Tapi semangkuk sup hangat itu dimakannya dan membuat Gina yang terhanyut dalam rasa kagum terhadap Bimo menjadi luntur sia-sia. “ Anjrit, ternyata bukan buat gue, ah.. ga bilang sih, jadi tengsin nih !”, pikirnya dan Gina pun malu berat tapi dia sok terlihat cool, biasalah mengadopsi trik kulkasnya Bimo. “ Mau? Nih.”, Bimo menawarkan supnya. “Ga salah nih, masa gue makan bekasnya dia, kalo niat ngasih mah jangan dimakan dulu, mas !”, pikirnya. “ Thanks, mas makan aja, baru makan kok !”, jawab Gina sambil terus memperhatikan actor film yang sedang berlaga. Secepat kilat dan tanpa basa-basi Bimo mengambilkan sup baru buat Gina. Dia mengambil sesendok dari mangkok sup itu dan mengarahkan kedepan mulut Gina. Gina pun heran dan dengan keheranannya itu, Gina membuka mulutnya dan sup itu pun masuk kedalam mulutnya. Gina tersentak kaget, “Haaahhh..barusan nih mas Bimo, ga salah???? Haaahh..????”, Gina menjadi hilang konsentrasi menonton.



Sebelumnya Gina memang dibuat bete karena harus ikuatn bangun pagi-pagi buta untuk menuruti suruhan Mamanya. Tapi kali ini dia bisa pulas tidur dan bangun sesuai apa yang dia mau. Gina pun bangun dengan segar setelah beberapa hari kondisi badannya kurang fit. “ HUUUAAAAHHH...”, Ginamenguap seperti kuda nil sedang berkubang. “ Baru kali ini gue bisa pules, udah lama ga lari pagi, lari pagi ah, sekalian ajak mas Bimo!”, ujarnya. Padahal jam sudah menunjuk pukul 9.00 apakah Gina masih mau lari pagi?. Gina keluar dari kamarnya dan agak sedikit heran karena kondisi rumah tampak sepi seperti tidak berpenghuni. (kalu sepi ya ga ada penghuninya lah !) “Chan!!”, seru Gina. “ kok sepi banget sih, pada kemana lagi?”,” Chan, Ochan, ..mas Bimo>>”, seunya lagi. Didapatinya si mbok lagi merapikan meja ruang tamu, “ Mbok, orang-orang pada kemana sih, Ochan sama mas Bimo kemana?”, tanya Gina. “ Lho, mbak Gina ndak tau to, Bude Ninik sama mas Bimo tuh udah pulang, tadi dianterin ke bandara sama mas Ochan dan Mama.”, jelas si Mbok. Gina terdiam sejenak dan si mbok kembali merapikan meja. “ pulang?maksudnya balik ke australi??”, tanya gina. “ ya mungkin, lha wong si mbok ndak tahu rumahnya dimana.”, jawab si Mbok polos. “ tapi mas Bimo pesen, mbak Gina telepon ke hpnya sekarang ini nomernya.”, ujar si mbok sambil menyerahkan sehelai kertas dari kantong bajunya. Gina menerimanya dengan wajah tanpa ekspresi. Dan Gina kembali ke kamarnya entah dia akan tidur lagi, atau akan menelepon Bimo??



[rathz07]

No comments:

Post a Comment